Pages

Untuk Orang-Orang Jupiter dengan Cacing-cacingnya

Tuesday, February 17, 2015


Saya karyawati biasa. Berumur 25 tahun. Yang bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Mungkin beberapa kali overtime, tapi yang pasti saya warga biasa seperti puluhan ribu warga Indonesia lainnya. Dan mungkin seperti ribuan warga lainnya, dulu saya tidak pernah mengikuti perkembangan politik. Mungkin bisa dibilang saya tidak pedulu dengan apa yang terjadi di dunia politik sana. Saya buta.

Entah mulai dari kapan, saya mulai membaca dan mengikuti perkembangan politik di negeri ini. Tapi yang pasti, saya mulai gencar mengamati politik yang terjadi sejak pemilihan presiden 2014 kemarin. Agak sedikit telat tampaknya untuk seorang warga negara berumur 25 tahun. Well, lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

Saya tidak ingin mengutarakan pendapat politik saya di sini. Saya masih hijau. Saya hanya ingin sedikir berbagi rasa. Setiap kali saya membaca berita saya semakin merasa miris terhadap apa yang terjadi di kaum elite sebelah atas sana. Saya tidak pernah habis pikir, orang bisa kehilangan akal pikiran, hati nurani hanyak karena harta dan kekuasaan.

Cerita-cerita yang saya baca di majalah berita, biasanya saya temukan dalam sebuah film. Saya tidak pernah membayangkan bahwa cerita-cerita tersebut bisa menjadi terjadi dalam kehidupan nyata. Seorang jurnalis yang membuka praktik korupsi di pemerintahan daerahnya dibunuh orang tak dikenal dan belum diketahui siapa pembunuhnya. Seorang aktivis antikorupsi, dibacok, diteror, dan ditembak oleh orang-orang tak dikenal. Dan para polisi itu tidak pernah berhasil melacak siapa pelakunya. Seperti plot sebuah film Hollywood kan?

Dan seperti yang sekarang sedang disaksikan jutaan rakyat Indonesia. Pertikaian anatara 2 lembaga penegak hukum. Saya sendiri sih tidak berpikir bahwa ini adalah pertikaian. Karena 1 lembaga hukum tidak pernah bermaksud bertikai, hanya saja 1 penegak hukum itu kayak anak kecil yang diambil mainannya trus marah-marah, sewot, ngajak berantem. Dan ngajak berantemnya dengan minta dukungan dari ibu, bapak, kakek, nenek, kakek buyut, nenek buyut, keluarga tujuh turunan diajak.

Saya hanya tidak habis pikir, serakus itukah orang-orang terpandang itu sampai melakukan seribu cara untuk dapat memakan uang rakyat Indonesia? Atau jangan-jangan mereka pikir, uang yang membayar mereka, uang yang ingin mereka habiskan itu adalah uang hasil panen di sawah? Ada jutaan pohon uang di sawah-sawah Indonesia jadi bisa seenaknya mereka renggut uang tersebut.

Sebenernya mereka hidup di dunia sebelah mana saya juga tidak yakin. Jangan-jangan mereka sebenarnya tinggal di planet Jupiter sehingga mereka tidak pernah melihat jerih payah warga Indonesia mencari nafkah dan merelakan beberapa persen penghasilan mereka untuk menjadi penghasilan terbesar negara dan dengan mudahnya di makan oleh orang-orang yang di Jupiter itu.

Kami ini warga yang sangat percaya pada orang-orang Jupiter itu. Dengan suka rela membayar pajak tanpa mempertanyakan dengan detail kemana uang hasil kerja mereka itu berujung. Kami hanya mengelus-elus dada karena jalanan yang biasa kami gunakan untuk pergi ke kantor sudah berlubang di sana-sini padahal baru sekitar 6 bulan yang lalu diperbaiki. Kami tidak serta merta langsung berunjuk rasa ke kantor pajak ketika ada teman kami yang mengalami kecelakaan motor karena tidak bisa melihat lubang akibat adanya genangan air yang menutupi lubang tersebut. Kami warga yang baik kan?

Dan orang-orang Jupiter itu membalas kebaikan kami seperti itu. Memakan uang kami. Menghabiskan uang kami untuk cacing-cacing di perut bunci mereka. Mungkin cacing-cacing di Planet Jupiter harus makan 100 kali dalam sehari, harus makan di restoran bintang lima dengan menu appetizer, main course dan dessert, harus duduk di mobil mewah seharga 1 milliar dan harus minum air yang berasal dari pegunungan Swiss. Mungkin jika tidak begitu cacing-cacing itu akan kepanasan, membuat orang-orang Jupiter tersebut kesakitan. Kasihan kalau sakit, nanti mereka tidak bisa bekerja untuk warga Indonesia lagi.

Entahlah, saya tidak pernah mengerti isi otak orang-orang itu. Tidak pernah mengerti perasaan mereka. Benarkah mereka tidak memilik rasa cinta? Rasa cinta terhadap negeri ini, rasa cinta terhadap sesama warga negara ini? Ah,, saya salah, mereka memiliki rasa cinta terhadap cacing-cacing mereka. Dan, tentu saja mereka tidak cinta negara ini, mereka kan dari Jupiter.

Saya hanya merasa sedih karena orang-orang itu memperlakukan negara ini seperti itu. Memperlakukan warga negara ini seperti itu. Begitu berharganya kah kekuasaan? Begitu hebatnya kah uang?

Semoga orang-orang itu segera kembali ke Jupiter dan tidak akan pernah kembali lagi ke negeri ini. 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS