Yeay! Akhirnya satu langkah penting dalam
perjalanan kami berdua terlewati. Tanggal 20 Februari kemarin, secara resmi
Nofec melamar saya di Bali. Acara lamaran sendiri dilaksanakan di rumah saya.
Karena hampir semua anggota keluarga besar saya (dari Ayah dan Ibu) ada di
Bali, maka yang hadir di acara lamaran ini pun lumayan banyak. Ibu saya sampai
harus memasang tenda di depan rumah.
Acaranya sendiri sangat sederhanan dan
singkat. Ada kata sambutan dari keluarga Nofec dan dari keluarga saya sendiri.
Perkenalan keluarga. Dan akhirnya tukar cincin. Untuk acara tukar cincin ini,
awalnya saya dan Nofec agak bingung. Berdasarkan petunjuk ayah saya, bahwa
dalam acara lamaran ada tukar cincin. Tapi, berdasarkan petunjuk keluarga
Nofec, di acara lamaran tidak ada tukar cincin. Tukar cincin dilakukan hanya
pada saat akad nikah. Dengan dua cerita yang berbeda, saya dan Nofec pun
memutuskan membeli cincin untuk lamaran dan cincin untuk akad nikah. Bedanya,
cincin untuk lamaran, saya beli yang murah. Cincin perak, 500 ribu untuk 2
cincin. Rencananya kami akan meng-update cincin kami dengan cincin emas putih
untuk akad nikah nanti (kalau diberikan rejeki. ^^). Karena jujur, saya tidak
merasa urusan cincin kawin ini hal yang sangat penting. Toh, bukan syarat
sahnya suatu pernikahan kan?
Di acara lamaran tersebut, diputuskan lah
bahwa pernikahan saya InsyaAllah akan dilaksanakan tanggal 24 September.
Sebenarnya sebelumnya saya dan Nofec sudah memutuskan tanggal sih. Hanya saja
pada saat lamaran lebih dipastikan saja. Dalam menentukan tanggal pernikahan,
saya dan Nofec tidak menggunakan perhitungan hari baik. Kami sendiri juga tidak
tahu bagaimana menghitung hari baik. Yang menjadi pertimbangan adalah kakak
Nofec akan ditugaskan di luar pulau Jawa dari Maret sampai Agustus. Jadi, Nofec
ingin pernikahannya di atas bulan Agustus. Oke. Awal bulan September sudah ada
keluarga Nofec yang akan menikah. Di pertengahan bulan September ada Idul Adha dan
juga di Bali ada hari raya Galungan dan Kuningan. Kalau saya ngotot buat acara
di tengah September, teman-teman saya di Bali gak ada yang bisa datang.
Akhirnya kami memutuskan untuk mengambil tanggal 24 September. Kakak saya
menyarankan di awal Oktober. Katanya tanggal 24 itu tanggal tua. Well, karena
saya pikir lebih cepat menikah lebih baik, walau cuma beda 1 minggu, saya tetap
memutuskan di 24 September.
Banyak hal yang harus saya siapkan untuk
pernikahan nanti. Tapi saya beruntung mempunyai orangtua yang masih semangat
dan siap membantu saya. Ayah saya yang langsung mendeklarasikan dirinya sebagai
EO untuk acara saya. Beliau sudah memikirkan konsep acaranya. Ibu saya sudah
siap pusing dengan segala hal-hal diluar acara utama. Pengajian, transportasi
keluarga, dll.
Banyak hal yang ingin saya sampaikan tentang
persiapan pernikahan. Bukan hanya tentang pencarian vendor-vendor untuk
pernikahan, tetapi juga segala perdebatan, keseruan, drama dibalik persiapan
pernikahan. Sedikit demi sedikit pasti akan saya ceritakan di blog ini.
Ini waktu pemasanagan cincin. Sedikit foto yang saya simpan ternyata. Foto lengkapnya ada di Bali. T.T