KAPAN?
Mei,
2010
“Jadi, kalian kapan
mau nyusul Edo?”
Meira, Ira, Ella dan
Karin tersenyum manis.
“Nantilah Bude,
tunggu saat yang tepat. Lagian kami masih muda ini.”
“Masih muda gimana
Mei? Umur kamu berapa?”
“24 Bude.”
“Lah, 24 kok dibilang
masih muda. Itu si Airin, istrinya Edo, umurnya baru 22 kok. Masa’ kamu
dikalahin sama dia.”
Meira tersenyum
kecut.
“Mas Anwar sudah 30
tahun juga belum nikah Bude.” Tukas Ira membela Meira.
“Lah, kok kamu mau
disamain sama si Anwar? Dia kan cowok. Kamu kan cewek, gak bagus kalau cewek
nikahnya ketuaan. Nanti dibilang perawan tua lho. Kamu mau dibilang perawan
tua? Lagian si Anwar itu belum mapan banget, masih membangun bisnisnya dari
nol.”
“Ella juga masi
membangun bisnis baju dari nol Bude. Masih butuh waktulah buat nikah.” Tak mau
kalah, Ella menyela omongan Budenya.
“Lah, gimana sih kamu
ini? Kamu kan cewek. Bukan tugas utama kamu buat menafkahi keluarga kamu. Ya
gak papa kalo mau bisnis, tapi ya sekalian jalan gitu. Jangan nunggu sampe
bisnisnya beromzet milyaran rupiah baru kamu nyari pasangan. Udah habis nanti
cowok-cowok yang berkualitas tinggi.”
Ella meringis.
Sungguh tidak ada gunanya berdebat dengan Budenya ini.
“Aku belum punya
cowok juga Bude. Mau nikah sama siapa?” Kali ini giliran Karin yang berusaha
mematahkan ocehan Budenya.
“Ya, kamu cari Rin.
Mau Bude cariin? Banyak nih teman-teman Bude yang punya anak cowok. Mau
dijodohin?”
Karin tersenyum
kikuk, “Gak usah Bude, gak papa. Biar Karin cari sendiri nanti.”
“Mei sama Ella udah
punya pacar kan? Mau nunggu apa lagi kalian? Si Mei juga seinget tante
pacarannya udah lama. Ayo disegerakan saja.”
“Iya Bude.” Jawab
Meira dan Ella bersamaan.
“Ya sudah, Bude mau
salaman dulu sama tamu yang lain.”
Meira, Ira, Ella dan
Karin menghela nafas panjang ketika sosok Bude Wati menghilang dari pandangan
mereka. Sejenak mereka saling berpandangan dan tertawa terbahak-bahak
“Gak ada yang perlu
dikhawatirkan kan?” ungkap Meira sambil merangkul bahu Ella. Ella menggeleng.
Karin dan Ira tersenyum lepas.
***