Akhirnya setelah bolak-balik nanya ke Nofec, “kita
perlu prewed gak ya?” dan selalu dijawab sama si Nofec, “Ya terserah kamu.”, kami foto prewed juga! Saya bukannya gak berkeinginan buat prewed, saya punya impian prewed seperti
apa, konsepnya apa, pake baju apa, lokasi dimana. Tapi entah kenapa setelah
melakukan budgetting biaya pernikahan, lalu tanya ke banyak tempat untuk harga
prewedding, keinginan saya untuk prewed makin lama makin hilang. Saya jadi
berpikir seberapa pentingnya foto prewed ini sampai membuat saya mau
mengeluarkan duit beberapa juta. Sebenarnya saya bisa saja minta tolong bantuan
teman yang memang suka foto, tapi seriusan semakin mendekati hari H saya semakin
malas untu foto prewed, karena saya tidak merasa foto prewed ini esensial untuk
proses pernikahan saya nantinya.
Tapi sebulan sebelum hari H saya diskusi lagi sama si
Nofec, dan dia bilang, “kita foto prewed aja sederhana, paling gak kita punya
foto untuk dipajang di dekat meja tamu pas resepsi.” Benar juga. Akhirnya kami
memutuskan untuk foto prewed studio di Concept_Photo Serang. Saya nemu tempat
foto prewed ini dari instagram. Mereka memang suka foto prewed indoor atau
outdoor dan juga foto wedding. Setelah saya tanya-tanya harga saya ambil paket
foto studio paling murah. Paket 500 ribu dan ditambah make up 300 ribu. Saya
pun janjian foto hari Sabtu, 27 Agustus jam 10 pagi.
Concept_Photo ini lokasinya di Jl. Kebon Kupil,
Serang. Studionya mudah ditemukan, karena ada tulisan Concept_Photo besar di
dinding atas luar bangunan. Dari luar bangunannya tampak masih sedikit
berantakan, masih bakal ada pembangunan sepertinya. Karena tukang riasnya harus
pergi ke Tangerang jam 10 pagi, jadwal saya jadi dimajukan jam 9. Jam 9 saya
tiba, saya langsung dirias. Setelah dirias kamipun langsung difoto distudio,
setelah sebelumnya memilih tema. Proses fotonya sendiri sangat menyenangkan.
Mas fotografer sangat komunikatif dan lucu. Saya dan Nofec yang jarang banget
buat difoto studio seperti ini pun merasa tidak kaku akibat atmosfer yang diciptakan
oleh si mas fotografer dan asistennya. Secara keseluruhan, saya suka foto
disini.
Nanti kalau sudah selesai hasilnya, akan saya post
juga di sini. Fotonya sendiri selesai dan bisa diambil dalam 1 minggu. Gak sabar
liat hasilnya.
MOVIE TIME
Saya dan Nofec kalau sudah bingung mau ngapain di
akhir pekan, biasanya kami akan nonton film saja. Sekedar informasi, si Nofec
suka banget nonton dan koleksi film. Saya suka bilang dia maniak film. Dia
punya HD 1 terra 4 buah untuk menyimpan koleksi film, serial, dan musiknya. Weekend ini saya
nonton film Green Room dan Ruby Sparks.
Green Room bercerita tentang sekelompok grup band
amatir yang tampil di sebuah bar dan seorang personelnya secara tidak sengaja
masuk ke dalam ruang tunggu artis (green room) yang sudah diisi oleh grup
penampil selanjutnya dan melihar seseorang ditusuk di kepala sampai meninggal.
Akibatnya, grup band mereka harus tertahan di dalam ruang tunggu tersebut
karena pemilik bar ingin membunuh mereka karena telah menyaksikan penusukan
tersebut. Ceritapun terfokus tentang bagaimana para anggota band tersebut berusaha keluar
dari green room tanpa terbunuh oleh pemilik bar dan bawahannya.
Saya sendiri gak menonton film ini sampai habis.
Karena terlalu banyak darah. Ada dua film yang gak akan saya tonton. Film horor
dan film sadis yang banyak darah di scene-nya. Dan film Green Room ini ada film
yang kedua. Buat yang suka film tegang, pasti suka dengan film ini.
Film kedua yang saya tonton Ruby Sparks. Saya suka
film ini. Ceritanya sendiri tentang penulis novel terkenal, bernama Calvin,
yang hidup sendiri dan tidak memiliki banyak teman. Mungkin hanya kakaknya
satu-satunya orang yang bergaul dengannya. Calvin sedang berpikir untuk ide
novel selanjutnya. Dan diapun berimajinasi tentang seorang perempuan yang
menjadi pacarnya. Imajinasnya tentang wanita ini pun ia tuangkan ke dalam
tulisan untuk menjadi novel. Dan suatu pagi, ia terbangun dan mendapati seorang
wanita yang sama persis dengan imajinasinya berada di dapurnya dan mengaku
beranama Ruby (nama gadis di imajinasi Calvin) dan pacar Calvin.
Ide ceritanya menarik, seperti fim Stranger Than
Fiction. Seorang karakter novel yang merupakan imajinasi penulis, ternyata
benar-benar hidup di dunia. Kepribadian, jalan hidup karakter tersebut pun
benar-benar ditentukan oleh apa yang ditulis si penulis. Ketika Ruby mulai
menjaga jarak dengan Calvin, Calvin pun menulis bahwa Ruby akan menjadi
sengsara ketika harus jauh dari Calvin. Akbatnya, Ruby pun menjadi gadis yang
obsesif. Bahkan untuk mengangkat telpon pun, Ruby harus mengikuti Calvin.
Yang saya suka dari film ini adalah konfliknya.
Konflik film ini lebih ke karakter Calvin yang menginginkan seorang pacar yang
harus sempurna sesuai dengan imajinasinya. Dengan karakter seperti itu Calvin
terus berusaha menulis untuk ‘memperbaiki’ Ruby agar sesuai dengan
imajinasinya.