Saya pertama kali ke Sumatra itu tahun lalu? Atau 2 tahun yang lalu? Waktu itu saya ada tugas kantor untuk mengecek tambang batu silika di Lampung. Saat itu tidak banyak tempat yang saya lihat karena perjalanan kami tempuh dengan mobil dari Cilegon dan itu sudah cukup memakan waktu.
Bulan September ini akhirnya saya kembali ke Sumatra. Bukan untuk mengecek tambang, tapi untuk menghadiri pernikahan teman kantor saya di Duri, Riau. Acara pernikahannya sendiri berlangsung tanggal 3 September. Tapi karena kebetulan tanggal 1 September itu libur, saya dan Nofec memutuskan untuk pergi ke Riau di tanggal 1, sehabis sholat Idul Fitri. Selain supaya gak terlalu mepet, saya juga punya Pakde yang tinggal di Pekanbaru. Jadi saya bisa sekalian mampir untuk silaturahmi dan menginap di sana.
Bulan September ini akhirnya saya kembali ke Sumatra. Bukan untuk mengecek tambang, tapi untuk menghadiri pernikahan teman kantor saya di Duri, Riau. Acara pernikahannya sendiri berlangsung tanggal 3 September. Tapi karena kebetulan tanggal 1 September itu libur, saya dan Nofec memutuskan untuk pergi ke Riau di tanggal 1, sehabis sholat Idul Fitri. Selain supaya gak terlalu mepet, saya juga punya Pakde yang tinggal di Pekanbaru. Jadi saya bisa sekalian mampir untuk silaturahmi dan menginap di sana.
Saya berangkat ke Riau naik pesawat Lion Air pukul 4 sore. Awalnya saya memesan yang jam setengah 3 sore, tapi sehari sebelumnya saya diberitahu bahwa jadwal penerbangan saya dimundurkan menjadi pukul 4 sore. Gak masalah sih buat saya karena saya memang gak terburu-buru ke Riaunya. Sampai di bandara, Alhamdulillah penerbangannya gak delay lagi. Sekitar jam 4 sore pesawat pun lepas landas. Penerbangan ke Riau memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit.
Saya sampai di Riau sekitar pukul setengah 6 sore. Saya dijemput Pakde saya. Sebelum menuju ke rumah Pakde, saya diajak makan di rumah makan Pak N’Dut. Kalau di Cilegon Pak Ndut itu menyediakan bebek, di tempat yang saya tuju itu menyajikan ikan bakar. Ikan bakarnya sendiri enak. Bukan ikan bakar bumbu kecap ya. Bumbunya sederhana, kayak pakai garam mentega doang. Tapi enak. Sambalnya sih yang mantap. Pedes segar gitu. Selain ikan bakar, kami memesan tumis kangkung, terong goreng dan telor dadar. Tumis kangkung dan terong gorengnya sendiri standar enak ya. Tapi telor dadarnya rasanya kok uenak ya. Padahal cuma telor dadar dikasi bawang bombay lho. Dimakan pakai sambal dan nasi. Wah uenake pol. Saya jadi gak banyak makan ikannya, kebanyakan makan telornya. Habis makan di Pak N’dut, kami langsung menuju rumah Pakde saya.
Saya sampai di Riau sekitar pukul setengah 6 sore. Saya dijemput Pakde saya. Sebelum menuju ke rumah Pakde, saya diajak makan di rumah makan Pak N’Dut. Kalau di Cilegon Pak Ndut itu menyediakan bebek, di tempat yang saya tuju itu menyajikan ikan bakar. Ikan bakarnya sendiri enak. Bukan ikan bakar bumbu kecap ya. Bumbunya sederhana, kayak pakai garam mentega doang. Tapi enak. Sambalnya sih yang mantap. Pedes segar gitu. Selain ikan bakar, kami memesan tumis kangkung, terong goreng dan telor dadar. Tumis kangkung dan terong gorengnya sendiri standar enak ya. Tapi telor dadarnya rasanya kok uenak ya. Padahal cuma telor dadar dikasi bawang bombay lho. Dimakan pakai sambal dan nasi. Wah uenake pol. Saya jadi gak banyak makan ikannya, kebanyakan makan telornya. Habis makan di Pak N’dut, kami langsung menuju rumah Pakde saya.