Pages

Cerita Pergi: Riau Here I Come

Saturday, September 16, 2017

Saya pertama kali ke Sumatra itu tahun lalu? Atau 2 tahun yang lalu? Waktu itu saya ada tugas kantor untuk mengecek tambang batu silika di Lampung. Saat itu tidak banyak tempat yang saya lihat karena perjalanan kami tempuh dengan mobil dari Cilegon dan itu sudah cukup memakan waktu.

Bulan September ini akhirnya saya kembali ke Sumatra. Bukan untuk mengecek tambang, tapi untuk menghadiri pernikahan teman kantor saya di Duri, Riau. Acara pernikahannya sendiri berlangsung tanggal 3 September. Tapi karena kebetulan tanggal 1 September itu libur, saya dan Nofec memutuskan untuk pergi ke Riau di tanggal 1, sehabis sholat Idul Fitri. Selain supaya gak terlalu mepet, saya juga punya Pakde yang tinggal di Pekanbaru. Jadi saya bisa sekalian mampir untuk silaturahmi dan menginap di sana. 

Saya berangkat ke Riau naik pesawat Lion Air pukul 4 sore. Awalnya saya memesan yang jam setengah 3 sore, tapi sehari sebelumnya saya diberitahu bahwa jadwal penerbangan saya dimundurkan menjadi pukul 4 sore. Gak masalah sih buat saya karena saya memang gak terburu-buru ke Riaunya. Sampai di bandara, Alhamdulillah penerbangannya gak delay lagi. Sekitar jam 4 sore pesawat pun lepas landas. Penerbangan ke Riau memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit.

Saya sampai di Riau sekitar pukul setengah 6 sore. Saya dijemput Pakde saya. Sebelum menuju ke rumah Pakde, saya diajak makan di rumah makan Pak N’Dut. Kalau di Cilegon Pak Ndut itu menyediakan bebek, di tempat yang saya tuju itu menyajikan ikan bakar. Ikan bakarnya sendiri enak. Bukan ikan bakar bumbu kecap ya. Bumbunya sederhana, kayak pakai garam mentega doang. Tapi enak. Sambalnya sih yang mantap. Pedes segar gitu. Selain ikan bakar, kami memesan tumis kangkung, terong goreng dan telor dadar. Tumis kangkung dan terong gorengnya sendiri standar enak ya. Tapi telor dadarnya rasanya kok uenak ya. Padahal cuma telor dadar dikasi bawang bombay lho. Dimakan pakai sambal dan nasi. Wah uenake pol. Saya jadi gak banyak makan ikannya, kebanyakan makan telornya. Habis makan di Pak N’dut, kami langsung menuju rumah Pakde saya.


Top 5: Kuliner Favorit di Cilegon (Part I)

Sudah 5 tahun tinggal di Cilegon, kok rasanya kurang afdol kalau belum berbagi tempat makan favorit di sini. Dari 5 tahun yang lalu, sudah banyak banget perkembangan di dunia perkulineran Cilegon ini. Walaupun gak pesat banget, tapi lumayan semakin banyak pilihan. Kali ini yang akan saya bahas cuma tempat makan yang paling sering daya datangi bersama Nofec. Sebenarnya, ada beberapa tempat makan yang saya suka tapi Nofec gak terlalu suka. Begitu juga sebaliknya. Maka, kali ini saya hanya  menyebutkan tempat makan yang memang sesuai selera kami berdua. 

Beberapa tempat makan belum sempat saya foto karena belum sempat ke sana lagi. Nanti kalau saya sudah ke tempat makannya, saya update lagi post ini.  Dan maaf ya kalau sebagian foto agak gak oke. ^^

1. Selat Sunda

Buat yang suka ikan bakar, wajib banget buat datang ke tempat ini. Restoran ini memang hanya menyediakan seafood dan cara pengolahannya hanya dibakar. Perlu dicatet baik-baik ya. HANYA DIBAKAR. Jadi, kalau suka seafood yang diolah dengan berbagai macam saus (saus padang, asam manis, dll), kayaknya ini bukan tempat yang tepat. Bumbu bakarnya pun hanya satu jenis. Bumbu dasar dengan mentega dan garam. Gak ada yang namanya bakar kecap, bakar madu, dll. Seafood yang tersedia pun hanya ikan, udang dan cumi. Walaupun menu yang disediakan terbatas, tapi saya tetap suka banget datang ke sini. Bumbu mentega dan garamnya itu nyerap banget di ikan dan udang. Enak banget. Sambal yang disediakan di sini ada dua macam, sambal kecap dan sambal tomat dengan kemangi. Perpaduan sambal sama ikan atau udang bakarnya sempurna. Saya kalau ke sini biasanya pesan ikan kue bakar dan udang bakar. Juara banget deh rasanya. Untuk harga rasanya sesuai dengan rasa dan porsinya. Harga ikan 1 ons-nya sekitar 80 ribu. Kalau udang sekitar 70 ribu per porsinya. Selain ikan, udang dan cumi, Selat Sunda juga menyediakan sayuran seperti cah tauge dan kangkung. Kalau lagi ke Cilegon, harus mampir ke sini deh. Lokasi Selat Sunda sendiri di Jalan Ketileng Cilegon

2. Sop Kambing Tiga Saudara

Rasanya nama tiga saudara ini  ada dimana-mana. Entah semuanya berhubungan atau tidak. Tiga Saudara di Cilegon sendiri mengklaim dirinya sebagai cabang dari Tiga Saudara Roxy, Jakarta. Entah benar atau tidak, tapi yang pasi rasanya enak. Sop Tiga Saudara ini penampakan dan rasanya seperti soto betawi. Kuah santan dan susu dicampur dengan mentega dan daging (lebih banyak jeroan sih). Tapi kita bisa mengambil sendiri daging atau jeroan yang inginkan. Rasa kuahnya yang gurih dicampur dengan sambal itu nendang banget di mulut. Enak banget dimakan malam hari. Buat yang gak suka kambing, di sini juga ada daging sapinya kok. Nanti tinggal dipilih aja mau kambing atau sapi. Sop Kambing Tiga Saudara berada di jalan utama Merak-Cilegon. Kalau dari arah Merak lokasinya di kanan jalan di seberang gedung Sucoffindo

Ini sopnya udah dicampur sambel. Mantap lah dimakan sama nasi putih

Penampakan warungnya

K-Pop: [SM Station: Yo Young Jin & Taeyong] Cure & [NCT: Taeyong, Taeil, Doyoung] Stay in My Life

Thursday, September 14, 2017

Taeyong is everywhere.

2 lagu yang saya sebut di atas adalah lagu yang lagi sering banget  saya putar belakangan ini. Sampai Nofec hafal iramanya (dan dia ngotot ada lagu Inggris yang sama persis iramanya dengan Cure). Yoo Young Jin sendiri merupakan produser dari SM. Dia sudah memproduseri lagu-lagu untuk TVXQ, SNSD, BoA, Sujum etc (banyak banget lagu hits yang dibuat, silakan cek wikipedianya aja). Sebelum Cure, Yoo Young Jin juga penah mengeluarkan lagu station bersama D.O EXO yang berjudul Tell Me (What is Love). Suara mereka berdua kuat banget di lagu itu.


Pertama kali dengar Cure, saya langsung jatuh cinta. Siapa sih yang gak bakal jatuh hati dengar suara Yoo Young Jin di lagu soft rock seperti ini? Lirik Cure bercerita tentang harapan. Dan cerita tersebut dituangkan di dalam MV-nya di mana diperlihatkan predebut Taeyong yang selalu berlatih, berharap untuk dapat segera debut (haha, ini kesimpulan saya sendiri ya). Btw, SM kayaknya terlalu cinta dan mengeskploitasi muka anak ini. Banyak banget scene close-up muka Taeyong. Dan setiap kali ngeliat muka Taeyong, saya selalu kebayang Jaejong. Muka mereka berdua mirip banget. 

Stay in My Life adalah soundtrack dari drama KBS School 2017. Saya gak nonton dramanya, tapi karena saya suka banget sama vocal line NC, begitu tahu Taeil dan Doyoung menyanyikan soundtrack drama, langsung saya cari deh lagunya. I adore their voice. Awalnya saya gak banyak berharap (karena sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan soundtrack drama yang bernuansa ballad karena terkadang membosankan), tapi ternyata lagu ballad ini malah jadi favorit saya belakangan ini. Lagunya lembut, menenangkan, enak aja buat didengar.

Saya berharap banyak semoga ke depannya vocal line NCT ini (plus Jaehyun dan Haechan mungkin) punya lebih banyak kesempatan untuk mengeluarkan lagu (atau album, saya berharap banyak banget ni). SM, please...


*Ini post udah lama banget nangkring di draft. Tapi dua lagu ini masih sering saya dengar kok sampai sekarang. Masih suka. 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS