Pages

Cerpen: Terima Kasih

Thursday, December 24, 2020

Ren tidur. Tubuh mungilnya terpapar sinar biru. 

Aku melihatnya dari balik kaca. Mataku berair. Tangan kananku memegang botol kaca berisikan 40 ml asip yang berhasil aku pompa selama 1 jam. Mas Pram memegang tanganku yang lain. 

“Kenapa sih ngotot cuma kasi asi. Udah tahu gak keluar, Ren nangis-nangis kehausan.” 

“Ibu, sudahlah. Aku sama Prita udah mutusin kalo kami mau berusaha semaksimal mungkin memberikan Asi. Yang penting kan sekarang Ren udah disinar. Sekarang Prita juga udah bisa mompa asi.” 

“Emang cukup segitu? Udah lama mompa hasilnya cuma sedikit. Nanti Ren kurang minumnya. Udah sih, kasih susu kaleng aja.” 

“Ya cukuplah Bu. Bayi seminggu ya minumnya gak banyak. Jangan samain kayak Kino yang udah setahun minum susunya bisa sebotol penuh.” 

“Iya, tapi Kino dulu waktu bayi gak sampe disinar. Sehat terus sampai sekarang.” 

“Bu..” Aku mengeratkan genggaman tanganku. Mas Pram menatapku, lalu menghela nafas, mengurungkan niatnya untuk membalas omongan Ibunya. 

*** 

Parenting Road: Karena Tidak Ada Mpasi yang Sempurna

Monday, October 19, 2020

Lulus ASI ekslusif 6 bulan, saya mendapatkan tantangan baru. Mpasi. Awalnya sih saya semangat banget menunggu Bara mulai makan. Saya pikir Bara akan mudah makan. Mau mangap setiap kali sendok datang. Sesi makan hanya selesai dalam waktu 15 menit saja.Tapi ternyata tidak semudah itu. Walau penuh dengan suka dan duka saya mau berbagi persiapan apa saja yang saya lakukan untuk menyambut fasa baru ini

1. Mencari informasi sebanyak-banyaknya

Sebelum memulai dan berbelanja segala alat tempur, saya sangat menyarankan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pemberian mpasi yang tepat. Saya sendiri mulai mencari informasi ketika Bara masih 2 bulan dan saya masih cuti melahirkan. Yang saya lakukan hanya membaca highlight ig story Dokter Meta (atau yang sering dipanggil dokmet). Dokter Meta sudah memberikan pemaparan mengenai mpasi dengan sangat lengkap. Dari A-Z semua dijabarkan. Dari menu yang harus diberikan (ada yang masih bingung mau memberi puree buah dulu atau makanan lengkap yang diblender?), aturan makan, jadwal makan, mpasi fortif, semuanya lengkap dibahas di sana. Jadi kita tidak perlu keluar duit banyak untuk mebeli buku mpasi. Tapi setahu saya, selain dokmet banyak juga dokter yang suka membahas mengenai mpasi. Silakan dicari saja. Tapi yang dicari dan dijadikan sebagai referensi benar-benar pakarnya ya. Jangan menjadikan selebgram/influencer yang bukan ahlinya sebagai referensi pemberian mpasi yang benar.

Saya sempat membeli 1 buku kumpulan resep mpasi. Setelah membaca ig dokmet, buku itu akhirnya tidak pernah saya pakai. Jadi, sebelum membeli bermacam buku atau peralatan mpasi. Saya sangat rekomendasikan untuk membaca highlight IG Dokter Meta ya (@metahanindita)

2. Menyiapkan peralatan Mpasi

Beberapa barang untuk Mpasi sudah saya dapatkan sebagai kado lahiran. Ada beberapa barang yang saya beli. Dari kado dan yang saya beli ada beberapa barang yang memang terpakai dan ada yang tidak terpakai sama saya.

Barang yang benar-benar saya pakai: 

1. Alat Makan (Piring, Mangkuk, Sendok dan Gelas) 

Kalau ini pasti. Karena saya dapat kado alat makan bayi, jadinya saya tidak membeli lagi. Saya bukan penganut pakai alat makan yang lucu biar anak mau makan. Karena memang sudah ada alat makan lengkap, jadinya saya cukup pakai yang ada saja. 

2. Tempat menyimpan makanan

Ini juga saya dapat kado dari teman. Wadah bertutup plastik dari Babymoov. Dan ini saya suka sekali karena ada takarannya dan bisa ditumpuk. Jadi tidak memakan tempat di kulkas. 

Karena saya bekerja, saya akan memasak mpasi Bara langsung untuk satu hari. Nanti tinggal saya bagi menjadi 3 dan disimpan dalam wadah babymoov ini. Kalau mau makan tinggal diletakkan saja dalam rice cooker. Praktis. Sampai Bara berumur 17 bulan, saya masih memakai wadah ini. 


Parenting Road: (Mpasi) Naik Tekstur

Wednesday, June 17, 2020

Aku bukan Ibu yang anti mpasi fortif. Malah aku suka kasi fortif untuk Bara. Karena aku percaya kandungan gizi mpasi fortif sudah terukur. Tapi, salahku, aku terlena dengan mpasi fortif. Karena suatu hal, aku pernah hanya memberikan Bara mpasi fortif selama 2 bulan. Hasilnya Bara tidak mau sama sekali makanan homemade, dan hanya mau mpasi fortif

Awalnya sih aku tenang saja, tapi ketika Bara berumur 10 bulan lebih aku kepikiran. Harusnya, di umur segitu Bara sudah bisa makan nasi lembek, tapi nyatanya Bara masih makan mpasi fortif yang bubur. Bara belum naik tekstur. Boro-boro mau naik tekstur, diberi homemade saja Bara langsung menolak. Sebetulnya ada mpasi fortif yang teksturnya untuk umur 9-12 bulan, tapi Bara tidak mau. Bara hanya suka 1 jenis fortif. 

Jadi, sebelum bisa naik tekstur aku harus membuat Bara mau makanan homemade. Kalau ditanya kenapa ingin sekali Bara naik tekstur, ya karena aku mengikuti saran ahlinya. Umur 9 bulan anak sudah bisa dikasih nasi lembek. Umur setahun sudah bisa nasi biasa. Setahu aku juga disarankan untuk naik tekstur sesuai umurnya karena tekstur penting untuk melatih otot mulut anak. Otot mulut anak perlu dilatih sebagai salah usaha agar anak tidak terlambat bicara.


Dari situ, aku dan Bara mulai belajar naik tekstur. Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang ingin aku bagikan mengenai naik tekstur ini. 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS