Haha! Akhirnya setelah hampir 8 bulan berlalu, saya berhasil mengumpulkan niat untuk cerita tentang hari pernikahan saya. Saya sempat membuat beberapa post tentang persiapan pernikahan saya (walau gak semua persiapan saya ceritakan sih, sudah rempong duluan dengan nikahnya plus niat menulis agak memudar), akhirnya sekarang saya simpulkan saja semuanya menjadi satu dalam 'wedding report' ini. ^^
Saya dan Nofec sepakat untuk menikah pada tanggal 24 September 2016 di Denpasar, Bali. Acara akad dilangsungkan sore hari sehabis Ashar dan resepsi pernikahan diselenggarakan sesudahnya (sehabis Maghrib). Kedua acara diselenggarakan di Hotel Nikki. Saya dapat dua ruangan yang berbeda untuk meyelenggarakan akad nikah dan resepsi (tanpa dikenakan biaya tambahan!). Akad nikah digelar di Intan Room dan resepsi di Grand Ballroom Mutiara. Untuk Hotel Nikki sendiri saya sangat puas dengan apa yang saya dapatkan. Dapat ekstra ruangan untuk akad, makanannya memuaskan, mbak pj dari hotelnya sangat membantu (Mba Novi, sekali lagi terimakasih banyak). Intinya saya tidak menyesal mengambil paket di hotel ini.
Untuk konsep dan rundown acara semua disusun oleh ayah saya. Tentu dengan masukan dan pendapat dari saya, Nofec, kakak dan ibu saya. Panitia acarapun tersusun dari keluarga besar saya. Saya sangat terbantu dengan panitia keluarga ini. Saya tidak harus sibuk memikirkan hal-hal kecil. Saya cukup duduk manis di kamar hotel untuk didandani. Acara akad sendiri dimulai sekitar jam 4 sore. Untuk acara akad, ayah saya meminta para tamu untuk menggunakan dress code warna putih. Dan itu memang bikin suasana terasa lebih syahdu.
Seumur-umur mungkin ini momen yang paling bikin saya deg-degan (tapi kayaknya belum melebihi sidang TA sih). Padahal saya mah cuma duduk tenang saja di kursi, Nofec yang bakal ijab qabul. Setelah mendengarkan pembacaan ayat suci Al-Qur'an, lalu dilanjutkan ceramah nikah, akhirnya yang ditunggu datang juga, Alhamdulillah, Nofec lancar mengucapkan ijab qabul dan kamipun resmi menjadi suami istri. Mungkin di saat itu saya melihat ketampanan Nofec bertambah berkali-kali lipat. Raut mukanya yang serius dan mantap mengucapkan ijab qabul bakal selalu mengena di hati saya. Belum pernah saya melihat raut mukanya seperti itu. Tapi habis ijab qabul tampang aslinya langsung kelihatan. Cengengesan.
Setelah akad nikah, kami saling menyematkan cincin di jari manis kami. Setelah itu acara yang menguras air mata pun dimulai. Sungkeman. Secara bergiliran kami sungkeman kepada mbah dan kedua orangtua. Selesai sungkeman dan foto-foto sebentar, saya dan Nofec berkeliling ruangan untuk menyalami tamu satu-persatu
Setelah prosesi akad nikah selesai, saya langsung meluncur ke kamar hotel untuk di-touch up. Make up-nya sama saja seperti akad nikah, hanya lipstiknya saja yang diubah. Kalau akad nikah lipstik saya berwarna pink kalem, saat resepsi berwarna merah maroon. Pada saat ini, ada kejadian yang bikin saya dan ibu saya tegang. MUA-nya lupa membawa jilbab untuk ibu dan mertua saya. Panik pun melanda. Untungnya jilbab bisa diantarkan ke hotel sebelum acara dimulai.
Oia, saya belum cerita vendor make up dan kebaya pengantin. Awalnya saya mau dipisahkan saja untuk vendor kebaya dan make up-nya. Karena saya susah sekali mendapatkan info vendor yang menyewakan kebaya pengantin sepaket dengan make up. Sebenarnya saya banyak mendapat info vendor di Bali, hanya saja kebayanya model kebaya Bali dan tidak sepaket dengan jilbab. Sedangkan untuk pernikahan saya akan memakai jilbab. Dari situlah saya berpikir untuk memisahkan vendor kebaya dan make up.
Untuk make up saya banyak mencari info dari instagram. Dan banyak banget MUA yang saya dapatkan dengan harga yang bikin saya sedih. Setelah sabar browsing sana-sini, saya ketemu satu MUA yang harganya cukup bersahabat dan saya suka hasil make up yang ia tampilkan di instagramnya. Lalu saya pun membuat janji untuk trial make up. Dan hasilnya oke. Saya sudah 80% memutuskan untuk memakai dia saat pernikahan saya.
Masalah selanjutnya adalah kebaya. Sebenarnya Ibu saya punya 2 kenalan yang menyewakan kebaya pengantin. Namun, setelah berkunjung ke 2 kenalan tersebut, tidak ada satupun kebaya yang menyangkut di hati. Lalu kami ingat kakak ipar saya pernah bilang di sekitar Jalan Imam Bonjol dia pernah melihat toko dengan display baju kebaya. Saya dan orangtua saya pun langsung menuju TKP. Sampai di sana, saya melihat display kebaya pengantin berwarna emas dan langsung jatuh cinta. Setelah bertanya-tanya, ternyata kalau saya hanya menyewa kebayanya saja (dan itu hanya diberikan kebayanya saja, tanpa manset/dalaman), harga sewanya akan jauh lebih mahal dibandingkan mengambil paket. Akhirnya setelah berhitung-hitung dan karena saya sudah tidak punya tenaga untuk mencari-cari vendor lain, dan juga saya sudah jatuh cinta dengan kebaya emas itu, saya pun memutuskan untuk mengambil paket baju dan make up di sana. Namanya Marini Dekorasi (dia juga menjual jasa dekorasi pernikahan, katering, sebagai wo-lah ya). Paket yang saya ambil sudah mencakup baju pengantin cewek dan cowok (manset, jilbab, daleman jilbab, aksesoris), sepatu pengantin cewek dan cowok, kain bawahan ibu (ibu dan mertua saya menjahit sendiri bajunya), make up untuk pengantin, ibu dan kakak ipar, serta baju dan make up untuk 4 orang penerima tamu. Untuk make up saya puas dengan hasilnya. Kalau bajunya mah jangan ditanya. Saya sukaaaa sekali dengan kebaya emasnya. Model dan warna seperti itu yang memang saya inginkan untuk pernikahan saya. Dreams come true!
Acara resepsi pernikahannya dimulai sekitar jam setengah 8 (atau jam 8?). Mundur dari target awal, jam 7. Itu karena tamu yang datang masih sedikit. Mungkin karena pada saat itu Denpasar sedang turun hujan besar. Akhirnya kami memutuskan walau tamu belum banyak yang datang, acara harus dimulai pukul setengah 8 (atau jam 8? saya lupa). Seperti acara resepsi pernikahan pada umumnya, rangkain acara terdiri dari pembacaan ayat suci Al-Qur'an, sambutan dari keluarga, makan, hiburan musik dan bersalaman. Bedanya, setelah pengantin masuk dan duduk di pelaminan, Budrah (musik khas Pegayaman, kampung halaman saya) dimainkan. Selain itu Ayah saya juga membacakan essay-nya setelah sambutan keluarga.
Yang sedikit membuat berbeda dari pernikahan saya mungkin adalah saat acara salam-salaman. Walaupun sebenarnya bukan sesuatu yang baru, Pada saat salam-salaman, pengantin dan kedua orangtua turun dari pelaminan dan berjalan mengelilingi meja para tamu. Dan pada saat itu juga, makanan dihidangkan di meja dan penyanyi pun mulai mendengangkan lagu.
Dari dulu saya memang ingin acara pernikahan saya mengggunakan konsep round table seperti ini. Serunya konsep seperti ini adalah ketika jalan-jalan mengelilingi meja para tamu banyak momen-momen lucu yang ditangkap oleh kamera fotografer. Ekspresi yang ditangkap kamera jadi lebih beragam. Untuk fotografer sendiri, jirawbaliphotography, saya dapat setelah saya setengah mati mencari di Instagram. Dan saya puas dengan hasil foto dan video mereka.
Secara keseluruhan saya sangat menikmati prosesi pernikahan saya. Tidak ada hal yang membuat saya kecewa. Tapi tentu saja ada banyak hal-hal kecil yang membuat saya sedikit kesal, bete, tidak setuju dengan pendapat keluarga saya ketika menyiapkan pernikahan ini. Tapi dari proses pernikahan ini saya jadi belajar lagi untuk menjadi tidak egois sabar. Banyak hal yang ingin saya lakukan di hari pernikahan saya tetapi tidak disetujui oleh orangtua saya. Dan saya pun harus berkompromi dengan mereka. Karena saya ingin orangtua saya juga berbahagia di acara saya ini. Kami sering berdiskusi untuk memutuskan apa yang terbaik untuk dilakukan. Itu dengan banyak drama yang terjadi. Tangis-tangisan, suara agak tinggi, tapi justru itu yang membuat pernikahan saya jadi berkesan untuk saya. Saya juga sangat bahagia dan berterimakasih kepada keluarga besar saya yang banyak membantu Ayah dan Ibu saya dalam menyiapkan pernikahan saya. 24 September 2016 tentunya menjadi hari yang tidak akan saya lupakan.
No comments:
Post a Comment