Anak sudah umur 4 bulan saya baru semangat lagi untuk menulis tentang kehamilan. Kali ini saya hanya ingin berbagi pengalaman tentang apa saja yang harus dipersiapkan untuk menyambut kedatangan si bayi. Dulu mah saya mikirnya cukup beli baju dan keperluan bayi lainnya. Yang dilihat stroller-stroller lucu, selimut-selimut lucu, baju-baju lucu, tapi ternyata itu bukan persiapan utama ibu-ibu. Ya penting sih beli baju bayi, tapi ada hal lain yang harus calon ibu muda lakukan.
1. Berdiskusi dengan Suami
Untuk saya suami adalah tempat sandaran utama. Karena ibu yang baru melahirkan itu sangat renta, maka dukungan suami itu sangatlah dibutuhkan. Jadi, pastikanlah visi ibu dan suami dalam merawat bayi harus sama. Sebelum lanjut mempersiapkan kelahiran ada baiknya calon ibu banyak-banyak bercerita dengan suami. Berikut beberapa hal yang bisa didiskusikan dengan suami
- Mau melahirkan dengan normal atau SC? Saat persalinan mau ditemani oleh siapa? Apakah suami atau orang lain. Saat melahirkan apa yang istri inginkan dari suami? Diam saja sambil memegang tangan? Memberikan kata-kata semangat setiap saat?
- Bayinya mau diberikan ASI atau sufor? Jika ASI maukah suami memberi dukungan penuh? Ketika ASI ibu belum keluar di hari-hari awal, apakah mau ditambal dengan sufor dulu atau berpegang teguh pada prinsip bayi baru lahir bisa tidak minum selama 3 hari? Jika memang berpegang teguh untuk ASI, bisakah suami menguatkan istri ketika melihat anaknya menangis kencang, ketika seluruh warga dunia menyuruh untuk memberikan sufor karena bayi menangis terus, atau bayi tampak tidak gendut?
- Jangan biarkan suami berekspektasi ketika memiliki anak suasana rumah akan sama dengan sebelum memiliki anak. Fokus ibu adalah anak. Pekerjaan rumah, seperti bersih-bersih, cuci baju, memasak akan menjadi nomor sekian. Jika butuh bantuan suami untuk sekedar bersih-bersih atau mengganti popok anak silakan utarakan. Ibu butuh sekali istirahat. Mintalah pengertian dari suami.
- Untuk ibu pekerja, segera diskusikan jika cuti hamil habis, anak akan bersama siapa? Daycare? Ibu mertua? Mencari ART? Jika ingin mencari ART saya sarankan cari dari jauh-jauh hari. Sebaiknya dari sebelum melahirkan malah, supaya kita punya waktu untuk mengenal ART lebih baik
Ingat, setelah melahirkan besar kemungkinan ibu akan mendapat banyak omongan-omongan tidak enak dari orang lain. Tugas suami lah yang harus melindungi dan menangkas semua omongan-omongan itu.
2. Senam/Yoga Hamil (dan perbanyak jalan kaki)
Senam hamil tidak hanya berguna untuk ibu-ibu yang akan melahirkan secara normal. Karena banyak ibu hamil yang melakukan senam/yoga hamil sedari dini merasa bahwa badan mereka lebih segar, tidak mudah pegal. Setau saya, senam hamil bisa dilakukan dari trimester awal. Tapi ya gerakan senamnya sih berbeda-beda ya untuk bumil di trimester pertama, kedua maupun ketiga. Di senam/yoga hamil biasanya juga diajari teknik bernafas dan mengejan ketika persalinan nanti.
Saya baru ikut senam di trimester ketiga, dan itu juga tidak setiap minggu. Ketika cuti hamil saya baru lebih sering mengulang-ulang gerakan senam di rumah setiap hari. Jalan kaki sendiri memang selalu disarankan oleh obgyn saya terutama di minggu-minggu akhir kehamilan, untuk membantu si bayi masuk ke dalam pinggul.
3. Berkunjung ke Konselor Laktasi
Ini untuk ibu yang bertekad untuk memberikan ASI pada anaknya. Menyusui itu tidak mudah. Dulu saya pikir menyusui itu gampang, tinggal buka BH langsung hap hap hap. Ternyata dunia tidak seindah itu. Banyak sekali drama tentang menyusui ini. ASI belum keluar di hari-hari awal pasca melahirkan (dan itu wajar sekali ya), latch on yang salah (yang bisa bikin puting sakitnya luar biasa dan bikin kita trauma ketika bayi menangis minta disusui), bayi kuning, atau mungkin ada ibu yang dari awal ASI sudah deras sekali tapi bayi minumnya sedikit, jadi payudara membengkak.
Untuk menghadapi itu semua, penting sekali buat calon ibu untuk menemui konselor laktasi sebelum melahirkan. Waktu itu saya mengundang konselor laktasi ke rumah ketika kehamilan saya berumur 32 minggu. Dan itu sangat memberikan pengetahuan untuk saya dan membantu proses menyusui saya. Alhamdulillah anak saya dari awal latch on-nya benar. Walaupun ketika usia 1 bulan, puting saya luka juga karena anak saya suka sekali menarik-narik puting (tapi karena latch on yang benar, rasa sakitnya itu terasa di awal saja, ketika bayi hendak melekatkan mulutnya, setelah itu tidak terasa sakit sama sekali). Jadi ibu-ibu yang ingin menyusui, prioritaskan berkunjung ke konselor laktasi ya sebelum pusing memikirkan baju-baju bayi.
4. Perbanyak informasi mengenai cara merawat bayi
Hal ini bisa didapat dari internet, youtube, buku, tanya teman-teman yang sudah melahirkan lebih dulu. Dengan memperbanyak informasi, kita bisa dengan cepat menangkis segala mitos-mitos tentang merawat bayi. Apalagi kalau kita dibantu dengan ibu/mertua. Ilmu pengetahuan kan berkembang, begitu pula ilmu tentang merawat bayi. Dulu mungkin biasa menggunakan gurita untuk anak, tapi sekarang banyak dokter yang bilang bahwa gurita tidak bagus kan? Atau menggunakan bedak, atau cara membedong bayi. Orangtua dulu bilang bedong bayi supaya kakinya lurus, jadilah bayinya dibedong kuat-kuat, padahal tidak bagus kalo bayi dibedong terlalu kuat. Membedong hanya bertujuan untuk menghangatkan bayi, jadi dia masih terasa seperti di rahim ibunya. Hangat.
Untuk para calon ibu, silakan cari informasi sebanyak-banyaknya ya. Saya dulu beli buku dokter Meta dan banyak mencari di internet atau bertanya pada ibu-ibu muda lainnya. Jangan merasa bodoh kalau kamu bertanya hal rasanya gampang, namanya juga baru jadi ibu ya pasti masih bingung atau khawatir. Dulu saya sempat bertanya kepada teman saya, "Habis pakai popok kain, pakai celana lagi gak sih?" Oia, kalau di kota ibu-ibu ada kelas merawat bayi, ikuti saja. Lumayan untuk bekal.
5. Bekali dirimu, suami, dan keluarga lain tentang Baby Blues dan Post Partum Depression
Sudah baca berita tentang seorang ibu yang membunuh anaknya yang baru lahir? Yes. Baby blues dan PPD itu nyata. Hampir semua ibu mengalami baby blues setelah melahirkan dan jika tidak diatasi segera bisa menjadi PPD. Sayapun dulu begitu. Biasanya hidup bebas seenaknya, pergi sama suami ke mana saja, tiba-tiba ada bayi yang harus diurus. ASI belum lancar, badan terasa remuk. Tiap malam rasanya air mata selalu mengucur. Capek, kesal, bertanya-tanya apakah ini yang aku mau? Kenapa punya bayi saya malah jadi tidak bahagia? Untungnya saya tidak pendam sendiri perasaan saya. Saya ceritakan kepada suami dan suamipun berusaha menenangkan saya. Lama kelamaan perasaan itu pun hilang.
Sangat penting untuk mengedukasi suami dan keluarga lain yang tinggal serumah mengenai baby blues dan PPD. Jangan sampai ketika ibu-ibu sedang baby blues, dan butuh teman yang bersedia mendengarkan keluh kesah, suami atau orang rumah malah makin menekan atau menyalahkan anda. Saat ibu baby blues yang dibutuhkan hanya didengarkan dan perhatian kok.
6. Ikuti grup-grup di WA atau Sosial Media lainnya
Ikut grup chat ibu, menurut saya sangat dapat membantu mental Ibu. Di grup, kita bisa saling bertanya, menguatkan dan menghibur. Ibu pun tidak akan merasa sendirian. Sejak masi hamil, carilah grup-grup WA atau Facebook atau apapun yang bisa mendukung Ibu. Ada komunitas ASI, grup MPASI, birthclub grup, baby blues & PPD grup dan lain sebagainya. Silakan cari dan ikuti grup yang Ibu inginkan.
7. Belanja Perlengkapan Bayi
Saya buat di nomor akhir, karena walaupun tidak saya tulis, semua calon ibu tahu bahwa ini adalah hal pasti yang harus dilakukan. Nanti mungkin saya akan buat tulisan sendiri mengenai berbelanja perlengkapan bayi ini, apa saja yang saya beli saat itu dan apa yang benar-benar dipakai. Yang pasti, buat ibu muda, jangan sampai kalap melihat barang-barang lucu untuk bayi, tentukan prioritas. Dan ingat, bayi itu cepat sekali tumbuh (sekarang anak saya umur 4 bulan saja sudah memakai baju untuk anak umur 1 tahun), jadi belilah baju secukupnya saja. Selain itu, menurut saya, belilah baju yang pas, jangan kedodoran (biasanya banyak juga ibu yang membeli ukuran baju yang besar berharap supaya masa pakainya lebih lama). Ya tidak apa-apa sih kalau mau begitu. Tapi kita saja merasa tidak enak kan kalau pakai baju kelonggaran, jadi ya sebisa mungkin saya tidak memberikan baju kebesaran ke anak saya.
Saya pikir 7 hal ini yang paling penting calon Ibu lakukan sebelum persalinan menurut pengalaman saya. Apa ada Ibu-ibu lain yang ingin berbagi pengalamannya?
No comments:
Post a Comment