Pages

Kucing, Jepang dan Rental Mobil

Monday, October 10, 2011

Kurang lebih 2 minggu yang lalu, saya dan 4 teman saya yang lain pergi ke bandara, Cengkareng, buat mengantarkan teman saya yang akan ke Jepang. FYI, dia ke Jepang buat nerusin kuliah lagi (S2 lanjut S3).

Awalnya kami sempet bingung mau naik apa ke Jakarta. Bahkan ada pula yang menawarkan buat sekalian jalan-jalan aja di Jakarta. Pesawat teman kami jam 9 malam, jadi kenapa gak dari pagi aja kita ke Jakarta? Semuanya setuju, tapi bingung dengan urusan kendaraan.Ada yang menawarkan naik kereta aja. Ntar turun di bekasi (tempat tinggal teman saya) trus dari sana kami bisa naik damri ke bandara. Opsi ditolak karena menurut kami ribet banget. Opsi kedua adalah naik travel langsung menuju bandara. Opsi dipertimbangkan. Kemudian tiba-tiba teman saya yang lain menawarkan untuk nyewa mobil aja (plus sopir tentunya). Kami pikir not a bad idea. Setelah mendapat nomor kontak penyewaan mobil, saya langsung meneleponnya. Harga travel dan harga penyewaan mobil tahu, dihitung-hitung, dibandingkan, ternyata harga nyewa mobil plus sopir lebih murah dibandingkan dengan naik travel, akhirnya kami memutuskan untuk menyewa mobil beserta sopirnya.

Harga travel sekitar 90 ribu. Bolak-balik berarti 180 ribu per orang. Harga mobil 12 jam=200ribu, 24 jam=300ribu, sopir 12 jam=90 ribu, 24 jam=120ribu. Kami mengambil yang 12 jam. Ditambah dengan biaya bensin, makan sopir, tol, dan lain-lain (kurang lebih 300ribu) kami menghituung bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk sewa mobil adalah 600 ribu. Jika itu dibagi 5 orang (jumlah orang yang akan ke airport), maka setiap orang harus membayar 120 ribu. Jauh lebih murah kan?



Mobil datang hari Rabu jam 1 siang. Kami pun berangkat. Sebelum ke bandara, kami sempatkan mampir ke toko kado terlebih dahulu untuk mencari kenang-kenangan buat teman kami. Dan ini kado yang kami berikan (setelah pemikiran yang cukup panjang). Bantal kucingnya, bukan tasnya :D


Oke, bagian ini sebenarnya yang paling ingin saya ceritakan. Kualitas mobil sewaan dan juga tempat penyewaan mobilnya. Ketika saya menelepon, saya ditanya mau mobil jenis apa, saya bilang X aja mba. Si mba-mba dari tempat sewa mobil menyanggupi. Besoknya, saya ditelepon dan diberitahu Xnya lagi kosong. Lalu ditanya, Y aja gak apa-apa kan? Saya hanya bilang, oke mba. Saya gak terlalu peduli jenis mobilnya apa yang penting bisa muat untuk 5 orang. Dan, Y merah pun datag ke kosan saya. (tempat kami berkumpul sebelum ke bandara).

Sebelum masuk gerbang tol, si supir mobil membeli bensin seharga 150 ribu. Kemudian setelah masuk gerbang tol baru terasa ada keanehan dengan si mobil. Ketika di dalam kota si mobil baik-baik aja, tanpa terganggu. Tapi pas masuk tol dan bapak sopir mau menaikkan kecepatan menjadi 80km/jam si mobil bergetar luar biasa diiringi dengan bunyi-bunyian entah dari mana sumbernya. Sumpah, saya dan teman saya yang lain jadi parno. Karena si mobil ga berhenti bergetar dan kecepatannya gak bisa dinaikkan menjadi lebih dari 80km/jam, sopirpun bertanya apakah kami ingin mengganti mobil. Kompak kami jawab iya. Dan dari sinilah saya luar biasa gondok sama tempat penyewaan mobilnya. Kenapa? Ini dia:

1. Ketika sopir memberitahu kantornya tentang kondisi mobil, si kantor tidak langsung bertindak untuk mengganti mobil. Si sopir bertanya lagi pada kami apakah kami mau mengganti mobil atau tidak. Hal itu berarti inisiatif penggantian mobil datang dari kami bukan dari tempat penyewaan mobilnya.
2. Yang saya pikirkan ketika mengganti mobil adalah kami akan menunggu di reat area dan orang dari kantor penyewaan mobil akan datang menghampiri kami dengan mobil beru. Tidak. Tidak seperti itu. Kami harus kembali ke kantor penyewaan mobil di Jalan Sukajadi. Bolak-balik seperti itu mengahbiskan waktu kami kurang lebih 1 setengah jam.
3. Ketika kami sampai ke kantornya, tidak ada pegawai yang menghampiri kami mengucapkan maaf atau hal semacamnya, kami berdiri di luar kantor dan sopir (atau teman saya, saya lupa) mengatakan kalau ingin komplain masuk aja ke dalam.
4. Saya komplain tentang mobil dan bensin. Lalu si mbak yang ada di dalam kantor mengatakan bahwa bensinnya akan diganti. Dengan uang? Tidak. Dengan bensin. Mereka mengisi mobil yang baru (mobil pengganti) sendiri menggunakan dirigen dan corong. OMG. Saya tanya kenapa kami gak diberi uang saja sebesar 150 ribu, nanti biar kami yang membeli bensin sendiri. Tapi katanya itu tidak bisa dilakukan, sudah seperti itu aturannya.
5. Mobil pengganti yang baru bermerk Y. OMG. Kemaren mereka bilang bahwa Y lagi kosong. Eh, sekarang tiba-tiba ini mobilnya ada.
6. Tiba-tiba ada bapak-bapak dari kantor itu datang kepada kami (mungkin pemilikinya, entahlah) bertanya ada berapa orang kami? Belum saya jawab, dia menghitung, ada 5 orang. Dia tampak bingung, bertanya kembali, memangnya barang kami banyak sampai harus mengganti mobil yang lebih besar (kapasitas Y memang lebih besar dibandingkan X). Saat itu saya luar biasa keselnya. Saya cuma bilang, bukan masalah kapasitasnya, tapi kualitasnya. Si mobil X bergetar. Eh, si bapak malah bilang, oh, itu sih masalah rodanya yang sedikit goyang. OMG. Saya gak peduli itu masalah apanya, yang pasti mobil itu bermasalah dan saya ga mau mengambil resiko menaiki mobil bermasalah. Kemudian, si bapak masuk kembali ke dalam tanpa (sekali lagi) mengucapkan maaf atau tanda penyesalan sedikitpun. sigh.

Akhirnya, kami berangkat lagi jam 4 sore dan sampai di bandara sekitar jam 7. Dan yang paling penting kami bisa bertemu dengan teman kami yang akan ke Jepang


Walaupun saya kesel, sekesel-keselnya sama si kantor penyewaan mobil, tapi saya senang bisa mengantarkan Febri ke Jepang. Good luck there feb.... :)

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS