Pages

Sidang

Friday, September 23, 2011

Seperti di universitas-universitas lainnya, setiap ada mahasiswa yang akan lulus, pasti si mahasiswa tersebut harus menghadapi sidang. Just like what i did two days ago.  Sejak sebelum puasa saya sudah tahu bahwa jadwal sidang saya memang sekitar tanggal 20 september. Awalnya, saya mengajukan jadwal sidang tanggal 15 september, 1 minggu sebelumnya. Tapi ditolak. Karena jadwal sidang dari fakultas untuk bulan september baru dimulai dari tanggal 19 september. Akibatnya, jadwal saya diundur seminggu sesudahnya, menjadi tanggal 22 September. Jika ditanya bagaimana perasaan saya ketika menunggu hari sidang saya. Jelas, sudah pasti saya deg-degan. Saya cemas, secemas-cemasnya. Kalau masalah belajar, sudah dari jauh-jauh hari sebenarnya saya sudah membaca beragam jurnal yang menumpuk di folder Tugas Akhir saya (yang akhirnya kebaca juga). Tapi saya sama sekali belum siap kalau ditanya mengenai hal-hal di luar TA saya. Maksudnya, hal-hal umum mengenai kuliah saya di Teknik Material. Maka dari itulah, sebelum sidang saya belajar hal-hal yang kira-kira akan dijadikan pertanyaan dari dosen penguji (tentunya dengan referensi teman yang sudah sidang dengan bapak-bapak dosen penguji yang akan menguji saya).

Dosen pembimbing, ayah dan ibu saya cemas kalau-kalau saya tidak bisa tidur di malam hari sebelum saya sidang. Jujur, saya malah jauh lebih nyenyak tidur di Rabu malam ketimbang di Kamis malam ketika saya sudah selesai sidang.



Saya cemas sebelum sidang, jelas itu. Saya berusaha membaca setiap hal yang kira-kira akan ditanyakan oleh dosen penguji. Sudah, cuma sampai di sana saja perasaan saya. Cemas dan deg-degan. Tapi lain halnya ketika saya keluar sidang. Saya malah menjadi depresi. Sebenarnya, ini juga merupakan salah satu kebiasaan/sifat saya setiap ujian. Nyesel kenapa saya tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. Namun, skala depresi saya kali ini jauh, jauh lebih besar dibandingkan dengan ujian biasanya. Saya selalu membayangkan kejadian di ruang ujian ketika dosen penguji bertanya pada saya dan saya hanya diam. Jujur, ada beberapa pertanyaan yang sebenarnya saya tahu jawabannya. Saya ingat ada satu pertanyaan yang pernah sama dilontarkan seseorang kepada teman saya yang sedang seminar tugas akhirnya, dan saat itu saya sangat tahu jawabannya. Namun, ketika pertanyaan yang sama dilontarkan kepada saya di ruang sidang, entah kenapa otak saya tiba-tiba menjadi beku, yang mungkin karena saya sangat amat tegang, saya tidak bisa berpikir jernih yang akhirnya membuat saya hanya bisa tersenyum pada si bapak dosen.

Tidak tegang. Mungkin itu adalah kata kunci yang harus dilakukan ketika sedang menghadapi sidang skripsi. Tidak tegang akan membuat pikiran jernuh yang akan membantu kita memahami dan menganalisa pertanyaan yang diberikan oleh dosen penguji.

Begitulah, beberapa pertanyaan bisa saya jawab dengan tenang dan beberapa pertanyaan lainnya. Namun, pada beberapa pertanyaan lainnya, saya hanya tersenyum. Dan hal itulah yang membuat saya menjadi depresi ketika keluar sidang. Saya merasa sangat bodoh karena tidak bisa menjawab pertanyaan, padahal pertanyaan yang diberikan tidak aneh-aneh. Sindrom saya sesudah ujian kambuh lagi. Tapi mungkin kali ini akan sedikit lebih lama hilangnya.

n.b. walaupun dengan terseok-seok, akhirnya saya dinyatakan lulus oleh 3 dosen penguji saya. Alhamdulillah... :D

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS