Pages

Opinion: Kid & Music

Friday, February 1, 2013

Semalam, setelah saya menonton OVJ, saya sempat melnyaksikan Empat Mata. Awalnya, saya sudah mengambil remote control untuk mengganti channel TV karena saya bukanlah penggemar Empat Mata. Tapi,  entah kenapa kehadiran coboy junior sebagai bintang tamu membuat saya menyingkirkan remote control dari tangan. Saya mengamati aksi panggung Coboy Junior sambil melirik jam dinding saya. Pukul 10 malam. Saya melihat ujung kanan atas layar tivi, tidak ada tulisan live. Baiklah. Tapi tetap saya heran, pangsa pasar mana yang hendak dituju oleh Empat Mata sehingga membuat mereka menjadikan Coboy Junior sebagai bintang tamu untuk acara yang ditayangkan Kamis malam pukul 22.00. Siapa sih fans mereka? Anak-anak seusia mereka (usia mereka sekitar 12-13 tahun, yang paling tua dari mereka adalah Kiki, kelahiran 1998)? Tapi, seharusnya anak-anak umur tersebut sudah terlelap. Apalagi esoknya masih harus sekolah. Lalu apakah orang-orang dewasa yang masih larut dalam pekerjaannya? Entahlah. Saya sendiri bingung. Semakin bingung dengan lagu (lirik) yang mereka nyanyikan. 



Saya tahu Coboy Junior. Lagu mereka di Empat Mata semalam bukan pertama kalinya saya dengar. Tapi, tetap saja berbagai pertanyaan selalu muncul di benak saya ketika melihat anak-anak ini menyanyikan lagu dengan tema cinta. Apakah ini benar-benar keinginan mereka terjun sebagai penyanyi? Apakah mereka menyukai lagu mereka? Apakah anak-anak sudah cukup dewasa untuk menyanyikan lagu bertema cinta? Apakah anak-anak ini seperti kata pepatah 'matang sebelum umurnya'? Dan segala macam pertanyaan lainnya. 

Saya sempat mendengar wawancara mereka dengan Tukul. Ketika ditanya, sebenarnya apa sih cita-cita mereka, mereka pun menjawab secara bergantian: arsitektur, pemain bola, dan komposer (maaf saya lupa satu lagi menjawab apa). Bukan penyanyi? Jujur, sejuta pertanyaan yang ada di otak saya ingin saya tanyakan kepada anak-anak ini, atau manager mereka atau siapapun otak dibelakang terciptanya Coboy Junior ini. Sukakah mereka dengan semua hal ini? Keartisan mereka? Lagu-lagu mereka? Fans-fans mereka? Semuanya. 

Saya sempat melihat twitter teman saya yang memberikan postingan tentang girlband Indonesia 'Popcorn' dengan judul lagu 'Kepo'. Saya terprovokasi untuk membuka video ini karena tweet teman saya berbunyi: "I weeping for future of Indonesian children". Saya buka videonya, dan saya pun membalas tweet teman saya. "Gw juga. Weeping silently in the corner."


Saya sudah bertanya pada mbah Google biodata anggota-anggota girlband ini. Tapi saya tidak mendapatkan jawabannya. Tapi saya yakin pasti mereka masih bersekolah di sekolah dasar. Saya speechless setelah menonton video ini. Salah? Saya rasa bukan kata yang pantas. Anak-anak ini tidak salah jika ingin bernyanyi, jika ingin berjoget. Lalu apa? Inappropriate, I think. 

Memang, jika dilihat sudah tidak ada lagi lagu anak-anak seperti jaman saya dulu. Tidak ada Maissy-Maissy baru sekarang. Tidak ada lagu-lagu berlirik "Kutakut mamaku marah, kutakut papaku marak, kalau terlambat sekolah..." atau "Bang bing bung yuk kita nabung...". Tidak ada lagi acara lagu anak-anak seperti Tralala Trilili di televisi. Entah sejak kapan hal-hal seperti itu hilang dari dunia entertainment. Karena itulah sekarang banyak muncul penyanyi/grup anak-anak seperti Coboy Junior atau Popcorn. Dan di mana mereka  harus mempromosikan lagu mereka jika bukan di acara musik seperti Dahsyat, Inbox dan lainnya? 

Saya tidak tahu bagaimana pandangan orang lain mengenai anak-anak ini. Saya sendiri? Saya miris melihat anak berusia 10 tahunan harus bernyanyi di acara live music jam 8 pagi sambil bergoyang dan menyenandungkan lirik "aku suka kamu....". 

Saya jadi teringat lagu anak-anak saya jaman dulu. 








No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS