Pages

Cerita Pergi: Lebaran 2017

Monday, July 17, 2017

Mohon maaf lahir batin semuanya!

Bagaimana libur Lebaran kemarin? Semoga menyenangkan ya.

Setelah bertahun-tahun saya selalu merayakan Idul Fitri di Bali, akhirnya untuk pertama kalinya saya tidak pulang kampung. Karena keluarga Nofec berencana pulang ke Purworejo tahun ini, maka sayapun ikut ke sana. Kami pergi ke Purworejo hari Minggu 25 Juni setelah solat Idul Fitri di Depok.

Sejujurnya, beberapa hari sebelum berangkat saya merasa tegang banget. Nervous. Pertama kalinya berlebaran di rumah 'orang lain'. Ketemu keluarga besar Nofec. Tegang, takut kaku. Namanya baru pertama kali ketemu keluarga besar orang lain ya pasti banyak diemnya. Apalagi saya yang emang bawaan dari kecil gak suka basa-basi. Tapi lama-kelamaan jadi lumayan berkurang kakunya.

Di Purworejonya sendiri saya gak banyak pergi. Hanya mengunjungi keluarga Nofec dan ke alun-alun Purworejo. Alun-alun Purworejo sendiri tidak berbeda jauh dari alun-alun di kota Jawa lainnya yang pernah saya datangi. Sebuah lapangan rumput luas berbentuk bundar dan disekelilingnya para pedagang kaki lima menjajakan jualannya. Ada pengalaman gak enak sewaktu kami mencoba makan di salah satu warung di sana. Saya ingat sekali nama warungnya ‘Lesehan Pak Dhe’. Makanan yang kami pesen lama sekali disajikan. Pas kami tengok kanan-kiri, pengunjung yang datang belakangan dari kami, justru lebih cepet mendapatkan makanannya. Padahal pesanannya mirip. Ayam goreng, bakmi, nasi goreng. Melihat itu, kami langsung protes ke penjualnya. Penjualnya cuma bilang kalau dia lupa sama pesanan kita. Sedih. Belum dibuat sama sekali. Akhirnya nunggu lagi. Eh, udah diprotes gitu makanannya masi lama banget datang. Pengunjung yang lain udah keluar aja makanannya. Protes lagi. Dan baru dibuat deh makanannya. Sedih.

Hari Selasa, kami ke Borobudur bersama mbah putri, bule dan om. Dan seperti yang sudah diduga, sepanjang perjalanan mobil kami melaju pelan. Macet. Dan sampai Borobudur pun kami agak kewalahan mencari tempat parkir. Banyak sekali pengunjungnya. Karena saya sudah beberapa kali ke Borobudur, maka saya dan Nofec memutuskan untuk tidak naik sampai puncak. Kami menyerah melihat tangga yang penuh sesak oleh manusia. 


Saya di Purworejo hanya 3 hari. Hari Rabu pagi kami pergi ke Jogja untuk jalan-jalan. Setelah menaruh koper di hotel, kami langsung pergi ke Hutan Pinus Mangunan. Dan macet! Awalnya perjalanan cukup lancar. Tapi mulai masuk daerah Imogiri, jalanan mulai macet. Macet diperparah dengan kondisi jalan yang naik dan berkelok-kelok. Akhirnya setelah 2-3 jam (mungkin, saya agak lupa pastinya), kami berhasil tiba di Hutan Pinus.


Hutan Pinusnya sendiri bagus. Cocok buat foto dan dipasang di Instagram. Sayangnya pada saat saya ke sana, banyak sekali pengunjungnya. Jadi keasrian hutan pinusnya agak berkurang sih buat saya, karena ramai manusia. Tapi foto-foto tetap dilaksanakan dong ya. ^^


Dari Hutan Pinus rencananya kami akan pergi ke Kebuh Buah Mangunan. Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, tapi karena kaminya sudah kecapekan akibat macet, dan takut nanti pulangnya tambah macet, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel saja.

Oh, sebelum ke hotel, kami sempatkan makan malam di House of Raminten. Dan sampai di sana ternyata sudah ramai pengunjung yang mengantri untuk makan. Kamipun masuk ke dalam waiting list dan harus menunggu untuk ditempatkan di meja kosong. Mungkin karena tempatnya yang cukup unik makanya banyak yang penasaran dengan tempat makan ini. Ornamen restorannya didominasi dengan kayu dan bau kemenyan lumayan menyengat di sini. Kalau gak suka bau kemenyan, mungkin tempat ini kurang cocok untuk didatangi. Makanannya sendiri cukup enak. Saya pesan gudeg dan sate lilit. Tapi ternyata sate lilitnya bukan dari ikan, tapi ayam. Dengan kualitas makanan dan tempat, menurut saya harga yang ditawarkan di sini cukup murah. Nasi gudeg yang saya makan harganya cuma 22 ribu. Itu sudah termasuk gudeg, krecek, telor dan ayam (ayamnya besar pula). Cukup puas dengan tempat makan ini. Tapi saya gak akan ke sini lagi kalau lagi musim liburan. Capek karena harus jadi waiting list dulu.

Hari kedua di Jogja, kami memutuskan untuk jalan-jalan di dalam kota saja. Kami memilih untuk datang ke Keraton Jogja dan Taman Sari. Saya sendiri sudah beberapa kali ke Keraton Jogja dan Taman Sari. Tidak ada hal yang berbeda yang saya temukan di dua tempat itu. Oh, tapi saya baru tahu kalau di lingkungan wisata Taman Sari itu ada Masjid di bawah tanah. Sebelumnya, saya hanya berkeliling di area pemandian saja. Tapi keluarga Nofec malah sebelumnya tidak ke area pemandian, tapi ke Masjid bawah tanah. Masid tersebut letaknya tidak jauh dari area pemandian. Cukup berjalan sebentar keluar area pemandian dan melewati perumahan warga. Menarik. Sama seperti hari sebelumnya, Keraton Jogja dan Taman Sari ramai banget.



Setelah dari Keraton Jogja dan sebelum ke Taman Sari, kami sempatkan makan siang di restoran Bale Raos yang terletak di Keraton Jogja. Lokasinya di dekat pintu keluar Keraton Jogja. Konsep restoran dengan ruang terbuka ini bikin suasana jadi adem. Makanan yang ditawarkan cukup beragam. Saya memesan Bistik Jawa (kata pelayannya ini salah satu favorit di restoran ini). Bistik Jawa ini adalah daging yang digiling dan dibentuk menjadi seperti patty lalu dipanggang. Disajikan dengan saus semur (tapi sausnya gak terlalu manis, enak) dan juga mashed potato. Kalau lagi gak lapar banget dan suka makanan agak manis, bistik Jawa di sini wajib dicoba deh.


Dari Taman Sari kami lanjut pergi mencari oleh-oleh. Ke Jogja gak beli bakpia itu gak afdol rasanya. Lebih lagi saya memang doyan banget sama bakpianya Jogja. Kami memilih datang ke pabrik Bakpia 25. Sampai di sana kami langsung ditawarkan untuk mencicipi bakpia yang baru saja matang. Ya Allah, enak banget ya.

Dari Bakpia 25 kami meluncur ke Rumah Batik. Rumah Batik ini rekomendasi dari sopir sewaan kami. Pilihan batik di sana banyak dan coraknya pun beragam. Tapi sayang, seringkali saya mau minta ukuran yang lebih besar, selalu tidak ada jawabannya. Harganya sendiri juga lumayan. Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Harga blouse batik atau dress batik mungkin di sekitaran 200-500 ribu.

Malamnya, kami berencana untuk makan bakmie rebus di Rumah Makan Mbah Gito. Sesampainya di sana, kami langsung mengurungkan niat karena melihat kerumunan orang berbaris diluar restoran yang kami yakin 100% adalah antrian waiting list. Merasa sudah cukup mengantri di House of Raminten, kami pun sepakat untuk mencari restoran lain. Restoran apapun yang kami temukan di perjalanan pulang nantinya. Setelah mencari-cari di kanan kiri jalan, akhirnya kami berhenti di Rumah Makan Tomoho: Spesialis Gurame. Kami memesan gurame tomoho, cah kangkung ikan asin dan tauco, udang masak padang, cumi goreng tepung telor asin, dan udang goreng tepung. Sesuai dengan jargon restoran ini, guramenya enak. Selain cumi goreng tepung telor asin, yang kurang greget rasa telur asinnya, hidangan yang lainnya enak. Walau ke restoran ini tanpa ada rencana sebelumnya, tapi kami semua puas dengan rasa masakannya. 

Pulang dari makan malam, saya, Nofec, mama dan bapak menyempatkan sebentar jalan-jalan di Malioboro. Kebetulan hotel kami memang berjarak dekat dengan kawasan Malioboro. Jalan sebentar dari hotel, kami sudah menemui keramaian. Dan malam itu Malioboro ramai parah. Untuk berjalan susah. Kami harus menghadapi orang lain yang berjalan, becak, dokar, kios, mobil. Tidak lama kami berjalan-jalan di sana. Setelah Bapak menemukan batik yang beliau inginkan, kamipun langsung kembali ke hotel. Malioboro terlalu ramai sehingga membuat kami merasa tidak nyaman untuk berjalan melihat-lihat. 

Walaupun tempat wisata yang kami kunjungi selalu penuh sesak dengan manusia, perjalanan ke Jogja kali ini sangat berkesan buat saya. Mungkin karena ini adalah perjalanan wisata pertama saya dengan keluarga Nofec. 

Oh ya, saya juga ingin sedikit berbagi tips buat yang mau jalan-jalan ke daerah manapun ketika musim liburan (terutama musim Lebaran) 

1. Kalau ingin berwisata ke luar daerah dari tempat menginap, misal ingin ke Imogiri dari Jogja, atau ingin ke Lembang dari Bandung, maka berangkatlah sepagi yang anda bisa. Habis Subuh juga boleh.^^ Selain menghindari macet, dengan berangkat pagi maka waktu yang ada lebih banyak untuk dipakai berwisata. 

2. Ingin mencoba kulineran yang lagi ngehits di kota wisata yang anda tuju? Lebih baik datang bukan pada jam makan. Mungkin datang jam 4 sore atau 9 malam. Mengurangi kemungkinan waiting list. Kalau sudah lapar berat di jam makan, lebih baik cari restoran biasa yang tidak sedang naik daun. 

3. Simpan cemilan dan air mineral sebanyak mungkin di mobil anda. Lebih baik yang berenergi dan manis. Biskuit, coklat. Kurangi kripik.

That's it! Itu sedikit cerita saya di libur Lebaran tahun ini. Semoga tahun depan liburannya lebih menyenangkan. ^^

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS