Pages

Cerita Pergi: Ti Amo Hotel, Penebel, Tabanan

Wednesday, August 2, 2017

Sudah lama saya berniat untuk mengajak orangtua saya menginap di luar rumah kami di Jalan Muliawan. Tidak sampai ke luar pulau, cukup di dalam Bali saja. Dan karena saya dan Nofec lebih suka dataran tinggi daripada dataran rendah, maka kami memutuskan untuk menghabiskan satu malam di Jatiluwih. Awalnya kami berencana untuk menginap di Ubud, tapi setelah mencari-cari hotel di Ubud, kami tidak berhasil menemukan yang sesuai dengan selera dan budget. Lalu tiba-tiba, aplikasi booking online kami merekomendasikan Ti Amo Bali. Setelah melihat-lihat kondisi hotel di internet, akhirnya saya dan Nofec setuju untuk memesan Deluxe Joglo Double Room di hotel ini.

Bangunan Joglo bagian belakang. Sayang saya tidak mengambil foto bagian depannya. 
Lokasi Ti Amo sebenarnya tidak persis berada di Jatiluwih, melainkan di daerah Penebel. Untuk menuju Jatiluwih dibutuhkan waktu sekitar 20 menit (kurang lebih 10 km) dengan mobil. Tapi, jika anda merasa tertantang untuk bersepeda, Ti Amo menyewakan sepeda dengan harga Rp. 75,000 untuk 1 hari.

Ini kamar bungalow yang saya foto dari balkon kamar saya
Kami tiba di Ti Amo pada hari Minggu siang (23 Juli). Staf hotel sangat ramah menyambut kami. Sebelum ke kamar, kami dipersilakan untuk menikmati teh jahe yang disediakan gratis oleh hotel di salah satu gazebo yang berada di halaman depan hotel. Ti Amo ini merupakan hotel kecil yang hanya mempunyai 6 kamar dengan pemandangan sawah di sekelilingnya. Di halaman depan hotel, terdapat 2 gazebo. Kolam renang berada di bagian tengah hotel yang membatasi bangunan Joglo dengan 2 kamar bungalow lainnya. Selagi kami meminum teh, staf hotel memberikan informasi dasar tentang hotel dan bagaimana cara kami menuju Jatiluwih. Sangat membantu!
Ada sofa ruang tamu di bangunan Joglo
Meja makan di dalam bangunan. 
Setelah 15 menit bersantai di gazebo (ditemani dengan angin sepoi-sepoi yang menenangkan dan menyenangkan), kami diantar menuju kamar. Bangunan Joglo ini seperti villa dengan 4 kamar. 2 kamar berada di lantai atas dan 2 kamar di lantai bawah. Beruntungnya, 2 kamar yang kami pesan berada di lantai atas dan saling berhadapan. Di antara 2 kamar ini terdapat tangga yang menuju lantai bawah. Kedua kamar ini memiliki desain interior yang hampir sama. Tepat di depan tempat tidur, terdapat jendela besar dengan pemandangan sawah dan gunung. Saya cinta mati dengan kamarnya. Hotel ini memang sangat cocok buat orang yang ingin mencari ketenangan, bersantai dan berileksasi. Tidak ada TV dan AC di kamar. Di malam hari kita bisa mendengar suara jangkrik dan di siang hari kita bisa melihat petani membajak sawahnya dari kamar kita. Suasana alamnya semakin terasa karena semua furniture yang ada di sini terbuat dari kayu.

Pemandangan dari tempat tidur kamar. Bagus banget. Suka.
Foto jarak dekatnya. Kelihatan banget kan sawah dan gunungnya.
Malam harinya, staf hotel datang ke kamar dan menanyakan pilihan sarapan kita. Ada 3 menu utama yang bisa dipilih. Roti, sereal dan nasi goreng. Akan ada tambahan minuman dan buah untuk menemani menu utama tersebut. Pada saat itu kami semua memilih roti. Staf hotel juga akan bertanya apakah sarapan kita mau disiapkan di meja makan di dalam Joglo atau di gazebo luar. Tentu saja kami memilih di gazebo.

Pemandangan balkon. 

Balkon. Enak banget duduk di kursi itu. Kursinya bisa dipakai untuk berbaring.

Shower room 
Saya tidak bisa menilai apakah sarapannya enak atau tidak. Karena sarapannya terdiri dari roti, omelette, buah, jus dan teh. Apa yang bisa salah dari jenis makanan tersebut? Sebenarnya poin utama dari sarapan ini adalah kami makan di gazebo dengan angin membelai lembut wajah kami. Pastinya saya tidak akan menemukan momen seperti ini di rumah saya di Cilegon.

Sarapan

Gazebo sarapan dan minum teh jahe
Setelah sarapan saya menghabiskan sisa waktu saya di hotel ini dengan berjalan mengelilingi hotel (yang bisa ditempuh hanya dalam waktu 5 menit) sambil berfoto-foto dan sedikit berjemur di pinggir kolam renang (gak bisa dibilang berjemur juga sih, tidurannya aja pake kemeja lengan panjang sama celana jeans, beda sama bule sebelah yang pake bikini). Rasanya rileks banget berjemur di pinggir kolam.

Lokasi wajib foto di Ti Amo
Secara keseluruhan, saya suka sekali dengan Ti Amo. Ini adalah jenis hotel yang memang saya cari untuk berileksasi. Ada beberapa hal kecil yang mungkin menjadi kekurangan hotel ini, seperti kurang beragamnya sarapan. Tapi kekurangan itu sangat tertutupi dengan kondisi hotelnya. Dengan pemandangannya. Dan dengan ramahnya para staf hotel. Ti Amo ini sangat cocok untuk orang-orang yang ingin menyegarkan kembali pikiran setelah berhari-hari bertempur dengan debu, polusi, macet dan pekerjaan. Kalau diminta menilai, saya akan beri nilai 9/10 untuk hotel ini. Superb!

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS