Aku bukan Ibu yang anti mpasi fortif. Malah aku suka kasi fortif untuk Bara. Karena aku percaya kandungan gizi mpasi fortif sudah terukur. Tapi, salahku, aku terlena dengan mpasi fortif. Karena suatu hal, aku pernah hanya memberikan Bara mpasi fortif selama 2 bulan. Hasilnya Bara tidak mau sama sekali makanan homemade, dan hanya mau mpasi fortif
Awalnya sih aku tenang saja, tapi ketika Bara berumur 10 bulan lebih aku kepikiran. Harusnya, di umur segitu Bara sudah bisa makan nasi lembek, tapi nyatanya Bara masih makan mpasi fortif yang bubur. Bara belum naik tekstur. Boro-boro mau naik tekstur, diberi homemade saja Bara langsung menolak. Sebetulnya ada mpasi fortif yang teksturnya untuk umur 9-12 bulan, tapi Bara tidak mau. Bara hanya suka 1 jenis fortif.
Jadi, sebelum bisa naik tekstur aku harus membuat Bara mau makanan homemade. Kalau ditanya kenapa ingin sekali Bara naik tekstur, ya karena aku mengikuti saran ahlinya. Umur 9 bulan anak sudah bisa dikasih nasi lembek. Umur setahun sudah bisa nasi biasa. Setahu aku juga disarankan untuk naik tekstur sesuai umurnya karena tekstur penting untuk melatih otot mulut anak. Otot mulut anak perlu dilatih sebagai salah usaha agar anak tidak terlambat bicara.
Dari situ, aku dan Bara mulai belajar naik tekstur. Berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang ingin aku bagikan mengenai naik tekstur ini.
1. Hargai Proses Belajar Anak
Kalau melihat postingan IG ibu-ibu dengan anak seusia Bara, aku kadang baper lihat anak mereka pintar makannya. Umur 10 bulan sudah makan nasi. Makannya lahap. Karena kebaperan itu, awal-awal aku mengajari Bara pindah haluan dari fortif ke homemade dan naik tekstur itu aku stress. Aku menekan Bara untuk mau makan. Aku benar-benar ingin supaya Bara cepat lulus drama naik tekstur ini. Hasilnya? Baran ogah makan. Akunya uring-uringan. Aku kesal, kenapa Bara ini susah sekali makan masakan aku. Kenapa susah sekali naik tekstur. Padahal gigi sudah ada 8. Kenapa tidak seperti anak lain yang pintar makan?
Berujung membandingkan anak sendiri dengan anak lain. Jadi toxic ya? Dari situ aku cepat-cepat menata pikiran kembali. Ini kenapa aku jadi kesal? Kenapa aku memaksa Bara supaya bisa dengan cepat naik tekstur? Supaya bisa diposting di instagram? Biar kelihatan kayak anak-anak lain Bara makannya pintar? Kenapa jadi aku yang egois?
Bara memang harus belajar naik tekstur, tapi ya tidak usah diburu-buru dan dipaksa begitu. Pelan-pelan saja. Semua ada prosesnya. Mungkin ada anak yang bisa dari makan bubur tiba-tiba langsung bisa makan nasi. Ada. Tapi Bara bukan anak seperti itu. Bara butuh belajar. Daripada memikirkan hal yang Bara belum bisa, aku mencoba memikirkan kelebihan-kelebihan yang Bara punya. Contohnya, Bara punya lesung pipi :). Atau aku sangat bersyukur Bara tidak pernah drama minum asip. Diberikan asip pakai botol oleh siapapun mau. Habis minum dari botol masih mau DBF. Memikirkan kelebihan anak akan jauh lebih memberikan energi positif dibandingkan jika hanya fokus ke kekurangan anak.
Dengan mindset seperti itu, akhirnya perjalanan naik tekstur yang berlangsung selama 2 bulan lebih ini tidak dilalui dengan stress yang berlebihan. Dan sampai juga di waktu Bara bisa makan nasi. Dari sini, aku paham, bahwa anak itu butuh belajar. Butuh proses. Hargai proses itu. Ini yang terkadang susah banget aku terapkan. Maunya, anak itu cepat bisa. Padahal aku sendiri kalau dipaksa supaya cepat bisa pasti kesal juga. Apalagi anak kecil. Kita tidak bisa memaksa anak, kita hanya harus mengajari anak kita secara perlahan
2. Menerapkan Jadwal dan Aturan Makan
Sebenarnya sejak Bara mulai mpasi, aku sudah menerapkan jadwal dan aturan makan walau tidak 100% disiplin. Aku kurang tahu pasti apakah jadwal & aturan makan ini membantu dalam upaya naik tesktur, tapi menurutku sih sangat tidak ada salahnya jika dicoba diaplikasikan.
- Jadwal Makan
Dari awal aku cukup ketat dengan jadwal makan. Di luar jam makan, aku sama sekali tidak memberikan Bara makanan atau cemilan. Walau di salah satu sesi makanan Bara tidak habis (atau tidak masuk mulut sama sekali), ya aku tetap tidak akan memberika makan di luar jam makan. Sampai jumpa di sesi berikutnya. Ngemil/minum ASI pun harus sesuai jadwal. Sebenernya dari ketika masih full ASI, Bara minumnya sudah terjadwal. 2 jam sekali (kecuali malam). Jadi menurutku karena sudah terbiasa dijadwalkan seperti ini, Bara jarang sekali merengek minta ASI/cemilan di luar jadwal. Ya kalaupun dia merengek aku tidak akan beri. :D
- Makan di kursi
Aku dari dulu memang bertekad supaya membiasakan anak makan di kursi. Aku tidak punya stok sabar setinggi langit dan seluas samudra yang bisa membuat aku kuat dan sabar jika harus menyuapkan makanan ke Bara sambil berlari-lari keliling rumah, keliling kebun, keliling kompleks atau sambil digendong. Sejauh ini Bara masi mau duduk di kursi. Tapi ada juga waktu ketika hendak didudukkan di kursinya, badannya melenting. Tidak mau didudukkan. Rewel. Biasanya kalau begitu aku biarkan dulu, jam makannya digeser sedikit. Mungkin setelah setengah jam berlalu, Bara mau didudukkan. Kadang juga sudah setengah jalan makan, Bara rewel minta digendong. Aku biarkan saja dia rewel di kursinya. Karena rewelnya minta perhatian (dan dia tidak mendapatkan yang dia mau: digendong), lama-lama Bara akan berhenti merajuk. Makan bisa dilanjutkan kembali (atau terkadang kalau sudah lewat 30 menit ya diselesaikan saja).
- Makan hanya 30 menit
Ini yang terkadang suka aku langgar. Biasanya bukan karena Bara tutup mulut. Justru kalo Bara GTM parah, 30 menit sangat aku tegakkan. Biasanya molor kalau misalkan di 25 menit awal Bara tidak mau makan, lalu entah dapat ilham dari mana, 5 menit terakhir dia mau membuka mulutnya. Aku kasih terus makanannya sampai lewat 30 menit. Tapi biasanya molornya cuma sampai 45 menit. Tidak sampai sejam atau 2 jam.
- Makan tanpa distraksi
Ini aturan makan yang paling susah. Kalau lagi susah makan, aku suka memberikan Bara mainan atau barang-barang di rumah yang bisa Bara otak-atik. Bisa bikin Bara lupa kalau dia sedang disuapi. Ini bukan kebiasaan yang baik, jangan ditiru. Tapi aku tetap ketat untuk TV atau handphone. Dua hal itu sama sekali tidak boleh dijadikan distraksi.
3. Menaikkan Tekstur dengan Bertahap
Karena Bara bukan tipe anak yang bisa langsung naik tekstur, maka aku pun pelan-pelan menaikkan tekstur makanan Bara.
Step 1. 100% blender (karena transisi dari fortif ke homemade)
Step 2. 25% tidak blender 75% blender
Step 3. 37.5 tidak blender 62.5% blender
Step 4. 50% tidak blender 50% blender
Step 5. 62.5% tidak blender 37.5% blender
Step 6. 75% tidak blender 25% blender
Step 7. 100% tidak blender (nasi lembek+lauk cincang)
Step 8. 100% tidak blender (nasi rumahan+lauk cincang)
Banyak ya tahapannya. Aku tidak mau menaikkan tekstur masakan secara ekstrim. Karena sempat di awal belajar naik tekstur, karena baper liat anak lain makannya pintar, aku langsung beri Bara nasi lembek dan lauk cincang. Ditolak 100%. Bara tidak mau makan. Aku uring-uringan. Dari situ aku belajar untuk menaikkan tekstur secara perlahan. Setiap step periodenya sekitar 1-2 minggu, sambil dilihat respon anak. Jadi aku dan Bara belajar naik tekstur sekitar 2 bulan lebih.
Yang susah mungkin di step 1, karena beralih dari fortif ke homemade. Tapi syukurnya tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Awalnya Bara juga menolak makanan homemade. Tapi aku tetap harus konsisten. Ketika anak menolak masakan kita, jangan langsung diberikan fortif.
Dari pengalamanku, belajar naik tekstur ini intinya sabar dan konsisten. Kalau misalnya anak tiba-tiba tidak mau makan, coba diurungkan dulu niatnya untuk langsung mengganti makanan ke menu lain/fortif atau turun tekstur. Pelan-pelan saja naik teksturnya. Kalau belum bsa 25% tidak diblender, ya dicoba dulu 15% tidak diblender. Nanti dinaikkan secara bertahap.
Semoga Ibu/Bapak yang anaknya masih susah naik tekstur bisa segera mendapat solusinya ya. Anak kita pasti bisa. Yang penting jangan dibandingkan dengan anak lain. Nanti kitanya juga yang jadi stress. Hargai proses belajar anak, yang memang mungkin butuh waktu lama untuk mengenal tekstur dibandingkan anak lain. Semangat!
The 13 Best Casinos in Miami (Miami, FL) - MapyRO
ReplyDeleteThe 13 여수 출장샵 Best 안동 출장마사지 Casinos 순천 출장안마 in 부산광역 출장마사지 Miami (Miami, 성남 출장샵 FL) - MapyRO offers complete information about the casinos in Miami, FL and their location.