Pages

Ayam Betutu dan Nonbar

Monday, November 28, 2011

Waktu saya pulang ke Bali kemaren (sekitar 2 minggu yang lalu), ibu saya berencana mengadakan acara syukuran keluarga kecil-kecilan (beneran kecil) dengan menu ayam betutu. Karena memang susah menemukan penjual ayam betutu muslim di Denpasar (saya tidak pernah melihat ada warung ayam betutu muslim), jadilah ayam betutu ini dipesan terlebih dahulu di seorang penjual ayam betutu muslim. Si penjual ini memang khusus membuat ayam betutu. Sayangnya, beliau tidak membuka warung, sehingga jika kita ingin memakan ayam betutu kita harus memesan dulu sehari sebelumnya. Rasanya? Jangan diragukan. Enak. Rasanya kaya akan rempah-rempah, dan pedas. Tapi jangan khawatir buat yang tidak suka pedas. Di sini, kita bisa memesan ayam betutu dengan level kepedasan yang berbeda. Ada yang medium dan juga yang pedas. Ayam betutu ini langsung menjadi makanan favorit saya. Karena itulah, menu di rumah saya selama dua hari berturut-turut adalah ayam betutu.

Ayam Betutu (maaf kalau gambarnya agak berantakan, tapi percaya rasanya nampol banget :D)

K-Pop: Belajar dari K-Pop

Tuesday, November 15, 2011

Saya penyuka Kpop. Saya penikmat atraksi panggung para idol (bintang Kpop biasa dipanggil idol). Musik, dance, aksi panggung, personality dari para idol (paling tidak personality yang mereka tunjukkan di variety show) dan juga (saya tidak akan memungkiri yang satu ini) penampilan/wajah. Sudah cukup lama saya menyukai Kpop dan cukup lama pula saya mengikuti segala macam berita, trend dan informasi mengenai para idol. Dari situlah saya sedikit demi sedikit mengetahui bagaimana perjalanan kesuksesan seorang idol. Walaupun saya tidak benar-benar tahu apa yang terjadi di balik layar, tapi paling tidak saya bisa menangkap bahwa tidak mudah untuk seorang remaja di Korea untuk menjadi seorang idol. Butuh proses yang rumit dan tidak sebentar. Dari hal itulah saya bisa mengambil beberapa pelajaran penting dari poses tersebut. Dan inilah mungkin, yang paling penting yang harus ditangkap oleh kita para fansnya. 

1. Nothing is Instant
Kebanyakan idol bukanlah remaja yang ditemukan oleh talent scout di sebuah mall, kemudian dimintai nomor teleponnya dan seminggu kemudian dia sudah berada di layar kaca televisi. Kebanyakan dari mereka harus melalui audisi yang dilakukan oleh agensi. Lolos audisi bukan habis perkara. Dari audisi mereka tidak langsung mendapatkan kontrak. Lolos audisi berarti mereka harus menjalani masa training, yang bisa berlangsung bertahun-tahun. Yang saya tahu ada idol yang hanya menjalani training selama beberapa bulan namun ada juga yang harus menjalani training bertahun-tahun. Kyuhyun (Super Junior) menjalani masa training sekitar 2 bulan. Sedangkan Jo Kwon (2am) harus menjalani masa trainingnya selama 7-8 tahun. Kebanyakan dari mereka memulai masa training ketika masih SD atau SMP. Saya tidak tahu persis kelas-kelas apa saja yang harus mereka ikuti ketika training, yang pasti kelas dance dan menyanyi. Karena proses training yang lama, melelahkan dan sangat menyita waktu, tidak banyak remaja yang lolos audisi menyerah di tahap ini. Seperti yang Yunho (DBSK) kemukakan bahwa dia pernah beberapa kali gonta-ganti grup karena anggota grup banyak yang menyerah dan mengundurkan diri. Setelah menjalani masa training, dan sudah memiliki persiapan yang cukup untuk menjadi idol, maka para remaja ini akan debut di beragam acara musik. Debut lalu menjadi bintang terkenal? Tidak semudah itu. 

Sepatu dan Anak Jalanan

Monday, November 14, 2011

Saya membaca 2 artikel di majalah cewek yang sama di dua edisi yang berbeda. Tiba-tiba saya membandingkan kedua artikel tersebut. Bukan dari sisi jurnalismenya, tapi isinya. Satu artikel bercerita tentang seorang cewek yang hobi mengoleksi sepatu. Koleksi sepatumya hampir ratusan. Bahkan, si cewek mengatakan bahwa dari banyak sepatu yang ia miliki, hanya sedikit yang ia pakai. 

Artikel lainnya yang saya baca adalah mengenai anak jalanan. Mungkin kita sudah tahu/sering membaca dan mendengar mengenai kisah anak-anak jalanan di Indonesia. Di artikel itu diceritakan bagaimana seorang anak bisa terjun ke jalanan untuk mencari uang. Faktor utama yang menyebabkan mereka menjadi anak jalanan adalah tentu saja faktor keuangan. Ya, mereka berasal dari keluarga miskin. Karena orangtua mereka berpenghasilan rendah, mereka pun turun ke jalan untuk membiayai hidup mereka sendiri. Di usia yang masih kecil itu, mereka sudah melihat/melakukan hal-hal yang mungkin tidak pernah saya yang berumur 22 tahun ini lakukan/lihat seumur hidup saya. Hidup mereka sepulang sekolah (kalau mereka sekolah) dihabiskan di jalanan untuk mengamen ataupun jualan. 

Cerpen

Sunday, November 13, 2011

Yaayyyy.... cerpen saya akhirnya masuk Gogirl!!!
Sudah agak lama sebenarnya saya mengirimkan cerpen saya itu ke Gogirl. Awalnya saya pikir cerpen saya tidak akan dimuat. Harapan sudah tidak ada, tiba-tiba hari Jumat kemarin, teman saya mengatakan bahwa cerpen saya ada di Gogirl. Langsung saja saya melihat Gogirl edisi November, dan benar cerpen saya yang judulnya Plaza Widya ada Gogirl. Seneeeengggg banget.

Ini adalah pertama kalinya cerpen saya masuk di majalah. Jujur, ketika saya tahu bahwa cerpen saya dimuat di Gogirl, hal pertama yang terpikir di otak saya adalah betapa senangnya hasil tulisan saya, hasil pemikiran otak saya, cerpen saya akan dibaca oleh banyak orang di seluruh Indonesia. Suatu hal yang luar biasa bukan?

Dari hal tersebutlah saya berjanji pada diri saya sendiri bahwa saya harus melanjutkan kesukaan menulis cerpen saya. Begitu ada ide langsung ditulis aja. Sudah lama saya tidak menulis lagi. Jangan gampang menyerah kalau cerpen yang dikirimkan tidak dimuat/tidak ada kabar. Buat hal itu menjadi motivasi untuk terus menulis.

Selamat Idul Adha 1432 H

Monday, November 7, 2011

Selama 4 tahun saya kuliah di Bandung, hanya 2 kali saya solat Idul Adha. Eits, jangan salah. Itu bukan karena saya males tapi karena 2 Idul Adha tepat jatuh pada hari di mana saya kedatangan tamu bulanan. Jadilah saya cuma 1 kali solat Id di Bandung, tepatnya di Jalan Dago Timur, dan yang ke-2, saya solat di Bekasi. Deuh, jauh bener. Karena saya males kalau solat dan ber-Idul Adha sendirian di kota Bandung ini, jadilah saya ngungsi ke rumah saudara saya yang ada di Bekasi.

Saya datang ke Bekasi Sabtu siang kemarin naik kereta. Karena kursi eksekutif sudah pada habis (padahal saya belinya dari hari Rabu, jadilah saya naik eksekutif) Sekedar info harga kursi kereta Argo Parahyangan jurusan Bandung-Jakarta untuk bisnis 45 ribu, sedangkan yang eksekutif harganya 80 ribu. Okelah ini saya sekalian info kereta aja. Jadwal kereta yang dari Bandung ke Jakarta kalau gak salah, ada yang pagi jam 6, jam 9 (2 jam ini saya ragu), trus ada yang jam setengah 12 siang (saya ambil yang ini Sabtu kemarin), jam setengah 2, jam 3, jam setengah 5 sore, sisanya saya gatau. Stasiun pemberhentiannya: Bandung-Cimahi (saya lupa berangkatnya berhenti atau gak, tapi pas pulang dari Bekasi keretanya berhenti di Cimahi)-Purwakarta-Bekasi-Jatinegara-Gambir. Tumben naik kereta eksekutif, ternyata enak juga ya kursi eksekutifnya. Pakai AC, kursinya sendiri (maksudnya bukan kursi panjang, tapi kayak bis), dan yang paling penting, kalau kereta akan berhenti di stasiun, pasti ada pengumumannya. Jadi kita bisa bersiap-siap beberapa menit sebelum turun dan pastinya tidak perlu cemas kelewatan stasiun. 

Pengingat Untuk Saya

Friday, November 4, 2011

Sebenarnya hal-hal kecil seperti yang akan saya ceritakan ini sudah dari dulu saya tahu, saya sadar, tapi kok ya kenapa MALAS banget ngelakuinnya. Tapi baru kemaren saya sadar, terhentak, terpukul (dee... agak sedikit berlebihan ini tampaknya) ketika saya ke tanah abang jakarta, naik kereta dan harus nunggu kereta di stasiun. Menurut saya, jika ingin mengetahui bagaimana kondisi masyarakat suatu kota sesungguhnya, pergilah ke tempat umum seperti terminal, stasiun ataupun pasar tradisional. Dan selama hampir dua jam nunggu di stasiun tanah abang, mata saya jelalatan melihat sekeliling, melihat tingkah polah orang-orang di sana.

Saya selalu sebal jika ada orang yang merokok tanpa peduli orang di sekitarnya. Pernah, saya naik angkot dan angkot tersebut penuh sesak, tiba-tiba ada mas-mas (dari muka dan penampilannya sih kayaknya masih SMA) dengan tenangnya naik dengan rokok masih di mulut. GA DIMATIKAN. Asapnya masih ngepul-ngepul di dalam angkot. Bayangkan saja, di dalam angkot yang kecil yang udah penuh sesak sama orang-orang, asap rokok menyebar di dalam angkot. Ga tahan, akhirnya saya menegur mas-mas tersebut untuk mematikan rokok. Saya ga suka rokok, tapi bukan berarti saya menghakimi semua orang untuk tidak merokok. Saya ga punya masalah dengan perokok (kecuali keluarga saya. saya melarangnya), yang saya harapkan dari perokok adalah lihat keadaan sekitar ketika mau merokok. Kalau memang itu tempat umum dan lagi banyak orang, ya carilah tempat yang memang rada sepi atau memang tempat khusus untuk merokok.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS