Pages

Parenting Road: Sedang dan Masih Berusaha MengASIhi

Monday, October 14, 2019

Umur Bara baru 4.5 bulan. Jadi baru selama itu saya memberikan ASI untuknya. Dengan pengalaman saya yang masih minim ini saya ingin bercerita sedikit tentang perjalanan meng-ASI-hi saya. Saya harap cerita saya ini dapat lebih memacu saya untuk tetap semangat memberikan ASI dan mungkin bisa membantu calon ibu muda yang ingin memberikan ASI kepada bayinya.

Di postingan saya tentang persiapan sebelum melahirkan saya memasukkan kunjungan ke konselor laktasi sebagai hal yang wajib dilakukan jika memang ingin memberikan ASI pada buah hatinya. Waktu itu saya sempat kebingungan mencari konselor laktasi yang ada di Cilegon. Setelah mencari-cari di instagram, sambil bertanya ke teman-teman kantor lainnya, akhirnya saya menemukan kontak Mbak Yani, anggota KPAB (Komunitas Peduli Asi Banten). Di usia kehamilan saya yang ke 32 minggu, Mba Yani sepakat untuk datang ke rumah saya dan memberikan materi tentang menyusui. Semuanya dijabarkan secara mendetail oleh beliau. Bagaimana ASI diproduksi, kandungan ASI, mengetahui tanda kecukupan ASI, latch on yang benar, manajemen ASIP, dan tetek bengek lainnya. Saya dan suami pun sangat terbantu dengan informasi yang diberikan dan sangat cukup menjadi bekal kami dalam meng-ASI-hi Bara. Untuk calon ibu yang ingin mengunjungi konselor laktasi (atau ikut kelas laktasi), jangan lupa ajak suami/ibu/mertua/siapa pun yang akan berada dalam satu rumah ya.

Walaupun sudah mendapatkan paparan lengkap dari konselor laktasi, perjalanan menyusui saya juga tidak langsung lancar. 3 hari awal pasca kelahiran, ASI saya belum ke luar. 2 hari awal, saya masih sangat santai, di hari ketiga, melihat mulut Bara kering, tangisan saya pecah. Saya sudah berusaha untuk menyusui setiap 2 jam sekali tapi ASI tetap belum keluar. Suami selalu menyemangati, kakak ipar menyarankan saya untuk merangsang payudara dengan pompa (selain dengan DBF). Tepat 72 jam setelah lahir, karena ASI saya belum keluar akhirnya kakak ipar saya memberikan ASI-nya untuk Bara. Melihat Bara lahap minum ASIP (dengan menggunakan sendok), pikiran saya langsung lega. Saya kembali bersemangat untuk memompa. Akhirnya di hari ketiga, di malam hari, ASI saya menetes ketika dipompa. Sungguh bahagianya saya melihat tetesan itu. Hasil pompa langsung saya berikan ke Bara. Hari-hari selanjutnya cukup tenang. Bara tetap saya susukan secara langsung dan sesekali saya pompa payudara saya (di mana hasil pompa saya terkadang hanya membasahi pantat botol, atau hanya 10-20 ml). Tepat 1 minggu setelah Bara lahir, kami kontrol ke dokter. Dan saat itu dokter mengatakan bahwa Bara kuning. ASInya kurang, minumnya kurang. Bara pun harus disinar 36 jam di rumah sakit. Lalu Bara minum bagaimana? Saya harus memompa ASI saya. Awalnya saya khawatir karena biasanya hasil pompa saya tidak banyak, namun, entah kenapa, saat itu karena dokter menghakimi ASI saya sedikit, semangat saya terbakar untuk membuktikan bahwa dokter itu salah. Dan benar. Ketika Bara disinar, hasil pompa saya meningkat menjadi 50-60ml. Dan Alhamdulillah itu sangat cukup untuk sekali minum Bara. Keluar dari rumah sakit, Bara semakin kuat menyusu dan Alhamdulillah sampai saat ini ASI saya masih sangat mencukupi kebutuhan Bara.

Si Garis Dua Muncul: Butuh Persiapan Apa Sebelum Melahirkan?

Tuesday, October 8, 2019

Anak sudah umur 4 bulan saya baru semangat lagi untuk menulis tentang kehamilan. Kali ini saya hanya ingin berbagi pengalaman tentang apa saja yang harus dipersiapkan untuk menyambut kedatangan si bayi. Dulu mah saya mikirnya cukup beli baju dan keperluan bayi lainnya. Yang dilihat stroller-stroller lucu, selimut-selimut lucu, baju-baju lucu, tapi ternyata itu bukan persiapan utama ibu-ibu. Ya penting sih beli baju bayi, tapi ada hal lain yang harus calon ibu muda lakukan.

1. Berdiskusi dengan Suami

Untuk saya suami adalah tempat sandaran utama. Karena ibu yang baru melahirkan itu sangat renta, maka dukungan suami itu sangatlah dibutuhkan. Jadi, pastikanlah visi ibu dan suami dalam merawat bayi harus sama. Sebelum lanjut mempersiapkan kelahiran ada baiknya calon ibu banyak-banyak bercerita dengan suami. Berikut beberapa hal yang bisa didiskusikan dengan suami

- Mau melahirkan dengan normal atau SC? Saat persalinan mau ditemani oleh siapa? Apakah suami atau orang lain. Saat melahirkan apa yang istri inginkan dari suami? Diam saja sambil memegang tangan? Memberikan kata-kata semangat setiap saat?

- Bayinya mau diberikan ASI atau sufor? Jika ASI maukah suami memberi dukungan penuh? Ketika ASI ibu belum keluar di hari-hari awal, apakah mau ditambal dengan sufor dulu atau berpegang teguh pada prinsip bayi baru lahir bisa tidak minum selama 3 hari? Jika memang berpegang teguh untuk ASI, bisakah suami menguatkan istri ketika melihat anaknya menangis kencang, ketika seluruh warga dunia menyuruh untuk memberikan sufor karena bayi menangis terus, atau bayi tampak tidak gendut?

- Jangan biarkan suami berekspektasi ketika memiliki anak suasana rumah akan sama dengan sebelum memiliki anak. Fokus ibu adalah anak. Pekerjaan rumah, seperti bersih-bersih, cuci baju, memasak akan menjadi nomor sekian. Jika butuh bantuan suami untuk sekedar bersih-bersih atau mengganti popok anak silakan utarakan. Ibu butuh sekali istirahat. Mintalah pengertian dari suami.

- Untuk ibu pekerja, segera diskusikan jika cuti hamil habis, anak akan bersama siapa? Daycare? Ibu mertua? Mencari ART? Jika ingin mencari ART saya sarankan cari dari jauh-jauh hari. Sebaiknya dari sebelum melahirkan malah, supaya kita punya waktu untuk mengenal ART lebih baik

Ingat, setelah melahirkan besar kemungkinan ibu akan mendapat banyak omongan-omongan tidak enak dari orang lain. Tugas suami lah yang harus melindungi dan menangkas semua omongan-omongan itu.

2. Senam/Yoga Hamil (dan perbanyak jalan kaki)

Senam hamil tidak hanya berguna untuk ibu-ibu yang akan melahirkan secara normal. Karena banyak ibu hamil yang melakukan senam/yoga hamil sedari dini merasa bahwa badan mereka lebih segar, tidak mudah pegal. Setau saya, senam hamil bisa dilakukan dari trimester awal. Tapi ya gerakan senamnya sih berbeda-beda ya untuk bumil di trimester pertama, kedua maupun ketiga. Di senam/yoga hamil biasanya juga diajari teknik bernafas dan mengejan ketika persalinan nanti.

Saya baru ikut senam di trimester ketiga, dan itu juga tidak setiap minggu. Ketika cuti hamil saya baru lebih sering mengulang-ulang gerakan senam di rumah setiap hari. Jalan kaki sendiri memang selalu disarankan oleh obgyn saya terutama di minggu-minggu akhir kehamilan, untuk membantu si bayi masuk ke dalam pinggul.

Si Garis Dua Muncul! : Awal Mula

Thursday, September 5, 2019

Walau rasanya telat banget baru cerita sekarang tentang perjalanan kehamilan (anak saya sudah berumur 3,5 bulan) tapi gak papa lah ya untuk dokumentasi saya. :)

Saat itu, saya tidak terpikir sama sekali bahwa saya hamil. Saya bercerita santai kepada salah satu teman kerja bahwa saat itu saya sering kali ke kamar mandi, buang air kecil. Teman saya pun berceletuk, "Lo udah coba test-pack belom?" Err.. Tidak terpikirkan sama sekali. Maklum, sudah 2 tahun menikah, sudah beberapa kali saya mencoba test pack dan hasilnya selalu negatif. Tapi tidak ada salahnya kan mencoba? Pulang kantor saya sempatkan mampir ke apotek untuk membeli test pack. Dicoba di rumah, dan akhirnya si garis dua  muncul. Yeay! 

Pertama kali lihat saya bengong dulu beberapa saat. Setelah yakin, garis dua merah itu masih ada, saya buru-buru keluar kamar mandi, teriak memanggil Nofec yang sedang menyiram rumput di halaman depan. Saya langsung kasih lihat hasilnya. Muka Nofec langsung berbinar. Kami berpelukan deh. 

Saya dan Nofec bukan pasangan yang ingin menunda untuk memiliki momongan, tapi kami juga tidak terlalu ngotot untuk segera memiliki anak. Yah, kapan dikasihnya aja. Tapi jujur, saya sendiri dari awal menikah, kadang sering bertanya pada diri sendiri "Sebenarnya, kenapa sih saya ingin memiliki punya anak? Apa karena desakan dari keluarga? Bosan ditanya orang sekitar? Merasa tersaingi karena teman yang menikah belakangan dari saya sudah hamil? Terpacu karena melihat postingan anak dari teman-teman saya di media sosial? Karena kodrat sebagai manusia harus punya keturunan? Untuk melanjutkan generasi keluarga?" Pertanyaan-pertanyaan itu seringkali muncul di pikiran saya. Entah ya, mungkin bagi orang lain, pertanyaan saya terasa janggal. "Kok gitu sih mikirnya soal anak?" Tapi ya gimana ya. Saya benar-benar hanya ingin hati dan pikiran saya mantap untuk memiliki anak. Sama seperti ketika saya memutuskan untuk menikah. Saya tahu bahwa saya ingin memiliki teman hidup. Saya tahu saya tidak akan bahagia jika hidup saya dihabiskan sendirian. Saya butuh teman hidup di saat saya sedih atau bahagia. Maka, saya pun mantap menikah dengan Nofec. 

Sampai sekitar pertengahan tahun 2018, saya datang ke salah satu acara ulang tahun anak teman saya. Banyak anak kecil yang hadir. Awalnya perasaan saya biasa saja di acara itu. Ngobrol-ngobrol dengan teman. Tapi di tengah acara, ketika para anak kecil yang hadir berkumpul di depan, tiba-tiba mata saya berkaca-kaca dan airmata keluar sedikit. Sungguh, saya juga bingung kenapa. Padahal anak-anak itu lagi menyanyi dan menari. Lah, kenapa saya jadi menangis? Kalau kata orang itu hidayah kali ya. Saat itu, hati dan pikiran saya seperti berkata mantap "Ya, aku ingin punya anak." Kalau ditanya kenapa, saya pun tetap tidak bisa memberikan jawaban pasti. Naluri ibu mungkin? Entah. Saya hanya tahu, saya ingin punya anak. 

Cerita Pergi: Annyeong Korea Pt.3 (Trainingnya Ke mana Saja?)

Sunday, January 27, 2019

Karena saya ke Korea dengan tujuan training, semua aktivitas dalam seminggu pun sudah disusun oleh penyelenggara. Dari hari Senin sampai Jumat, mulai pukul 8 pagi sampai 6 sore, kami  mendapatkan materi training di kelas dan sesekali di luar ruangan. Karena padatnya jadwal, susah untuk mencari waktu jalan-jalan atau sekedar mencari oleh-oleh. Di Indonesia sudah terpikir akan pergi ke Myeongdong untuk berburu kosmetik, tapi sayang sekali waktunya tidak ada. Kosmetik dan snack buat oleh-oleh pun hanya saya beli di Homeplus (sejenis Hypermart).

Selama seminggu, saya berada di 3 kota yang berbeda. 3 hari pertama training dilakukan di Songdo, Incheon. Hari ke-4 kami bergerak ke Pohang. Hari ke-5 ke Seoul. Dan hari ke-6 berpindah kembali ke Songdo. Sebenarnya jadwal di Songdo lebih longgar dibandingkan di Pohang atau Seoul. Lebih tepatnya jadwal malamnya. Kelas berakhir pukul 6 sore, lalu dilanjutkan makan malam selama sekitar setengah jam. Setelah itu jadwal bebas. Tapi karena wilayah Songdo yang tidak ramai dan sedikit tempat untuk berbelanja atau sekedar nongkrong, tidak banyak yang bisa saya kunjungi di sana. Ditambah lagi pada hari kedua saya sakit pilek yang membuat saya menghabiskan 1 malam di kamar saja.  

3 hari pertama di Songdo saya hanya berkunjung ke Triple Street (mall) dan Homeplus. Ketika 5 tahun yang lalu saya ke Songdo, Triple Street belum ada (saya kurang ingat apakah saat itu Homeplus sudah ada atau belum). Menurut saya, konsep mall Triple Street ini keren. Bangunannya memanjang, dan lurus. Jalan utama mall yang tidak beratap berada di tengah, dan toko-toko ada di sisi kanan dan kirinya. Di satu bagian mall, terdapat halaman berumput luas dengan undakan-undakan batu tempat para pengunjung duduk sambil mendengarkan musik akustik yang dimainkan secara langsung oleh para pemusik di bagian depan halaman tersebut.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS