Pages

Memories of High School: Chapter 2

Thursday, January 12, 2012

Ghost Story and The Bed

Study Tour untuk kelas 1 selalu dilaksanakan setiap tahunnya oleh SMA saya. Study Tour ini ditujukan untuk mengenalkan beberapa perguruan tinggi yang ada di Indonesia kepada para siswa. Study Tour ini tidak diwajibkan untuk semua siswa, karena biaya perjalanan ditanggung oleh masing-masing siswa. Jadilah ada beberapa siswa yang tidak ikut. Ketika saya duduk di kelas I, study tour ini masih dilaksanakan. Kota tujuan kami kali ini adalah Yogjakarta, Bandung dan Jakarta. Walaupun tujuan utamanya adalah untuk mengenal universitas lebih dekat, tapi apa rasanya study tour tanpa jalan-jalan. Jadilah, selain mengunjungi UGM, ITB dan UI, kami juga mengunjungi tempat pariwisata di masing-masing kota yang kami kunjungi. Di Yogjakarta kami ke Malioboro, di Bandung kami ke Tangkuban Perahu dan factory outlet, dan di Jakarta kami pastinya ke Dufan dan TMII.

Karena memang biaya yang kami keluarkan cukup murah untuk perjalanan ke 3 kota selama 1 minggu, maka kami harus menerima semua fasilitas, entah yang baik atau yang buruk, dari penyelenggara acara. Hal pertama yang harus kami terima dengan dada yang lapang selapang luas lapangan sepakbola adalah kenyataan bahwa bis yang kami gunakan selama 1 minggu berkursi 3 dan 2. 3 kursi di sebelah kanan dan 2 kursi di sebelah kiri. Jarak antara 1 kursi dengan kursi di depannya sangat pas untuk membuat lutut kaki saya bergesekan dengan kursi di depan saya. Saya kasihan melihat Sisi yang duduk di sebelah kanan saya. Ia harus selalu memiringkan kakinya setiap kali duduk. Jika tidak, maka kakinya akan melayang di udara karena lututnya terangkat ke atas. DI sebelah kanan saya Sisi, dan di sebelah kiri saya Trisna. Ya, saya duduk di sebelah kanan bis dengan 3 kursi dan saya duduk di tengah.
Saya tidak terlalu bermasalah dengan posisi duduk saya yang ada di tengah. Hanya ada satu saat ketika saya merasa sangat amat nelangsa karena saya duduk di tengah. Saat tidur. Ketika tidur, kepala Sisi akan miring ke kiri dan kepala Trisna akan miring ke kanan. Hasilnya? Kepala 2 teman saya ini mendarat dengan sukses di kedua bahu saya. Saya sama sekali tidak merasa keberatan ditumpangi kepala di bahu saya. Tapi kalau ditumpangi selama 2 jam, 3 jam, bahkan semalaman? Bahu saya jadi pegal. Walaupun rada kesal, tapi saya tidak mau membangunkan kedua teman saya ini. Jadinya saya menggerutu sendiri di dalam hati. (Sisi, Trisna, sumpah aku ga benci kalian karena ini. Cuma pegel doang :D).

Setelah saya menerima dengan hati lapang masalah bis, hal kedua yang harus yang terima dengan hati lapang selapang luas hutan hujan tropis adalah penginapan di Bandung. Setelah menginap di hotel (penginapan) yang cukup bagus dan bersih di Yogjakarta, kami harus mengalami pengalaman menyeramkan ketika di Bandung.  Saya lupa nama penginapan di Bandung apa, kalau tidak salah Wisma Pos dan entah berada di jalan mana. Dari luarnya saja, kalian pasti mengerti kenapa saya menyebut penginapan ini menyeramkan. Kami sampai di penginapan ini malam hari. Denagn penerangan yang kurang ememadai, dari luar penginapan ini seperti tidak pernah dihuni berpuluh-puluh tahun. Masuk ke dalam penginapan tidak membuat rasa ‘menyeramkan’ itu berkurang.

Kamar kami dibagi sesuai nomor absen. Sejujurnya, saya lupa saya sekamar dengan siapa saja. Yang pasti kalau saya tidak salah ingat Oneng sekamar dengan saya. Beberapa menit awal, kami baik-baik saja. Kami mengobrol dan bercanda seperti biasa. Tapi, tiba-tiba suasana di luar kamar menjadi berisik. Penasaran dengan apa yang terjadi, kamipun keluar kamar. Bertanya dengan teman kami yang juga sudah ada di luar kamar, akhirnya kami tahu apa yang terjadi. Di salah satu kamar cewek kelas I-I, terdapat noda darah di lantai kamar mandinya. Penghuni kamar itupun langsung minta untuk pindah kamar. Mendengar hal tersebut, kami semua pun menjadi ketakutan. Selama beberapa saat kami tidak berani untuk masuk kamar. Saking ketakutan dan paniknya, Manik menyarankan agar kami semua, semua cewek dari kelas I-2, untuk tidur sekamar. Dan kami semua pun menyetujuinya. Jadilah kamar yang awalnya hanya ditempati oleh 4 atau 5 orang sekarang ditempati oleh 13 orang (saya tidak ingat jumlah pasti cewek kelas saya yang ikut, yang pasti di atas 10 orang). Karena jumlah tempat tidur tidak memadai dengan jumlah orang, kami pun hanya duduk-duduk di atas kasur dan di lantai.

Ketika sedang asyik-asyiknya mengobrol, salah satu teman saya menyeletuk. “Gila ini kasur, diduduki banyak orang gini. Jangan-jangan ntar ambruk lagi.” Dan tiba-tiba terdengar suara “Bruukk” yang cukup keras. Yah, kasur yang kami duduki beneran ambruk. Beberapa detik kami terdiam, lalu buru-buru bangkit dari kasur. Kami tidak tahu harus melakukan apa. Melaporkan kepada guru kami tentu bukan pemecahan masalah yang tepat. Seorang teman sayapun mengajak kami agar mengembalikan posisi kasur ke posisi awal. Kamipun bersama-sama merapikan kasur, meletakkannya di posisi awal dan merapikan sprei, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Akibat kejadian itu, kami semua pun duduk di lantai dan tidur di sana, dalam posisi duduk. Entah apa yang membuat kami melakukan hal ini, padah ada 3 kamar kosong lainnya dengan kasur masih utuh, tidak ambruk. Begitulah kami menghabiskan waktu semalaman.

Extra:
Cerita horror tidak hanya berhenti di noda darah di kamara mandi saja. Ketika kami semua sudah berpindah di satu kamar, salah satu teman cowok saya berkunjung ke kamar di sebelah kamar kami. Katanya, di sana dia melihat ‘Witha’ sendiri. Ketika ditanya kemana anak-anak yang lain ‘Witha’ hanya pergi ke luar kamar. Setelah dikonfirmasi, Witha mengatakan bahwa dia tidak pernah berkunjung ke kamar sebelah. Saya pun merasa bahwa memang semua anak cewek kelas saya berada di kamar kami semalaman dan tidak ada yang keluar kamar. Jadi, siapa si ‘Witha’ itu?

Selama kami tidur di kamar dengan posisi yang sangat tidak enak, ada beberapa teman saya yang tidak tidur. Mereka merekam wajah kami yang sedang tidur. Dan beberapa yang tidak tidur itu mengatakan bahwa semalaman mereka mendengarkan suara cewek menangis dan suara guyuran air dari kamar mandi.

Entahlah, apa cerita-cerita itu bisa dipastikan kebenarannya atau tidak. Tapi jika kalian pernah datang dan menginap di penginapan itu, kalian pasti akan langsung percaya 100% bahwa semua cerita horror itu benar tanpa harus berpikir panjang. 

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS