Pages

What Do I Have To Do?

Tuesday, January 17, 2012

Saya teringat kejadian beberapa minggu yang lalu. Saat itu saya sedang jalan di jalan dago sambil membawa sebungkus nasi rames yang saya beli di warung Tegal dekat Borma. Ketika saya sedang jalan santai, tiba-tiba seorang ibu datang menghampiri saya. Saya sendiri tidak terlalu yakin dari mana kedatangan si ibu. Si ibu menghampiri saya dengan muka sedih, memelas (entah asli atau hanya pura-pura). Ia tidak sendiri. Seorang anak berumur sekitar 7 tahun berada di samping kanannya. Tanpa basa-basi si ibu langsung berbicara pada saya
Ibu: "Neng, maaf ya ini neng. Ibu tadi habis kecurian dompet."
Saya: .....
Ibu: "Tadi, di angkot ibu mau ke atas (menunjuk ke daerah Dago atas), mau ke rumah saudara ibu, tapi di tengah jalan ibu dicopet. Ibu ga tahu harus gimana."
Saya: .....
Ibu: "Sekarang ibu gak punya apa-apa Neng."
Saya: ...
Ibu: "Tadi, ibu maunya jual handphone ibu, tapi malah dicopet (sambil menunjukkann handphonenya)"
Saya: ....
Ibu: "Gimana ya ini neng?"
Saya: "Trus sekarang ibu mau gimana?"
Ibu: "Sekarang ibu mau pulang aja."
Saya: "Rumah Ibu memang di mana?
Ibu: "Majalengka"
Saya: ...
Ibu: "Paling ibu sekarang pulang naik angkot ke bawah, ke Simpang, trus naek lagi sampe Caheum."
Saya: ...
Ibu: "Tapi Ibu sekarang sudah gak punya duit. Dompet, semua uang ibu kecopetan Neng"
Saya: ....
Ibu: "Ibu bukannya gimana neng ya, tapi Ibu sudah gak punya duit lagi untuk pulang."
Saya: "Trus Bu?"
Ibu: "Paling ntar Ibu minta sopir angkotnya supaya gratisin, Ibu gak ada duit lagi."
Saya: ....
Ibu: "Yaudah Neng ya, paling Ibu minta tolong sopir angkot aja"
Saya: ....
Ibu: "Ibu udah gak punya duit lagi"
Saya: ....
Dan si Ibu pun pergi meninggalkan saya mencari angkot dan saya pun pergi.

Bukan pertama kalinya saya mengalami kejadian seperti ini. Sudah beberapa kali saya dihampiri bapak-bapak atau ibu-ibu yang mengatakan habis kecopetan, gak punya duit untuk balik, belum makan seharian, menjual beras/ubi untuk mendapatkan uang dan lainnya. Jujur, saya termasuk orang yang mudah percaya pada orang lain. Dan (walaupun tidak dalam skala yang besar) saya sering merasa kasihan pada orang lain. Jadi, terkadang saya selalu merasa bahwa semua perkataan orang-orang ini benar dan sebagian dari diri saya merasa sangat ingin membantu orang-orang ini. Saya merasa karena saya berada di Indonesia semua hal bisa saja terjadi. Kecopetan, kekurangan uang untuk membeli makanan ataupun kelaparan karena belum makan seharian bisa saja terjadi. 

Namun, sebagian dari diri saya selalu berfikiran negatif. Semua orang yang datang menghampiri saya di pinggir jalan, out of nowhere, adalah penipu. Mereka semua hanya menginginkan uang. Saya selalu berpikir ini hanyalah modus operandi dari orang-orang ini. Bisa saja nantinya saya dihipnotis atau entahlah. Sudah terlalu banyak berita di televisi tentang penipuan oleh orang yang tak dikenal. Yang jelas sebagian dari diri saya selalu menolak kehadiran orang-orang ini. Biasanya saya hanya akan melambaikan tangan saya, diam ketika diajak berbicara, memasang muka tidak bersahabat dan gesture-gesture tubuh lainnya yang seakan-akan mengatakan, "sudahlah, gak ada gunanya ngomong sama saya, saya tidak akan mengeluarkan duit sepeser pun untuk anda".

Dan setiap saya berada dalam kejadian seperti itu, saya selalu menolak untuk menolong mereka. Jiwa ingin menolong saya kalah dengan pikiran bahwa orang-orang ini adalah penipu. Meskipun begitu, saya selalu menoleh ke belakang ketika saya pergi meninggalkan mereka. Saya akan selalu berpikir, benarkah yang saya lakukan, benarkah tidak mengeluarkan 10 ribu demi tidak ditipu tepat dilakukan? Walaupun kemungkinan ditipu memang sangat besar tapi kemungkinan bahwa 10 atau 20 ribu yang saya keluarkan benar-benar bisa menolong mereka juga bisa terjadi. Entahlah.

Menurut kalian, sudah tepatkah tindakan saya? Apa yang akan kalian lakukan jika berada di posisi seperti yang saya ceritakan di atas?


No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS