Pages

Chapter 2. Working with a bunch of guys: I can not believe what i’ve already done now if i look at myself 10 years ago

Tuesday, December 29, 2015

Mungkin cerita saya di sini bisa dianggap biasa saja oleh orang lain karena mungkin ada ratusan atau ribuan wanita lain yang memiliki pengalaman yang lebih luar biasa dibandingkan apa yang saya alami. Tapi buat saya apa yang pernah saya alami merupakan pengalaman yang luar biasa dan benar-benar menguji ketangguhan saya sebagai wanita.

Saya gadis biasa, berumur 26 tahun yang dulu kuliah di jurusan Teknik Material di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Saya sengaja memilih kuliah di luar Bali, pulau tempat keluarga saya tinggal untuk melepaskan sifat manja saya. Iya, saya tipikal gadis rumahan yang selalu mengikuti kemana pergi ibu jika ada acara keluarga. Jika saya mendapat masalah saya seringkali lari ke kedua orang tua saya untuk memecahkan masalah tersebut. Berpikir jika saya kuliah di Bali akan membuat saya tidak pernah menjadi mandiri, maka saya memutuskan untuk kuliah di Bandung.

Kuliah di Bandung, memang membuat saya menjadi lebih mandiri sebagai manusia. Tapi saya tetap menjadi gadis pemalu yang canggung, terutama jika berhadapan dengan orang-orang baru dan terutama jika harus berhadapan dengan pria. Saya pemalu dan pendiam di hadapan orang-orang yang tidak kenal baik dengan saya. Mungkin bagi mereka, saya adalah gadis yang membosankan (mereka tidak mengatakan seperti itu, predikat itu saya tanamkan sendiri di otak saya mengingat tidak banyak teman yang saya punya dan jarang sekali saya nongkrong di tempat makan bersama teman-teman).

Selesai kuliah, saya diterima kerja di perusahaan baja di Cilegon. Awalnya saya berpikir akan ditempatkan di bagian quality control (mengingat latar belakang kuliah saya, dan karena saya wanita saya pikir saya tidak akan ditempatkan di bagian produksi). Ternyata saya salah total. Saya ditempatkan di Ironmaking Department, Blast Furnace Plant. Iya, kalo kata orang mah di industri baja, Ironmaking itu department paling riweuh dan kotor. Dan di Ironmaking Department, Blast Furnace Plant adalah plant yang paling susah diatur. Dan saya menjadi engineer di sana.

Saya dan teman-teman 1 departemen
Ditempatkan di pabrik yang bertugas untuk mengubah bijih besi menjadi besi cair sebenarnya sudah cukup menjadi momok buat saya, ditambah lagi dengan saya adalah satu-satunya engineer wanita di sana. Atau lebih tepatnya saya adalah satu-satunya wanita yang bekerja di Blast Furnace Plant (sebelum ada 2 interpreter wanita yang meramaikan pabrik ini).

BIS

Sunday, December 27, 2015

Siang ini saya harus kembali ke Cilegon setelah liburan di Jakarta. Dan seperti biasa saya naik bis jurusan Kp. Rambutan-Merak dari terminal Kampung Rambutan. Setelah mengetem cukup lama, bis mulai berjalan meninggalkan terminal. Siapapun yang pernah naik bis umum, pasti kenal sifat bis semacam ini. Sebelum memasuki tol, bis akan bergerak perlahan, sangat perlahan seperti kura-kura untuk menjaring penumpang sebanyak mungkin. Tiba di suatu belokan, seorang ibu-ibu akan naik, bis berhenti sesaat. Namun, di belakang sudah mengantri mobil dan bis yang akan berbelok dan membunyikan klaksonnya dengan tidak sabar. Ibu-ibu yang hendak naik itu agak sedikit kerepotan karena membawa beberapa tas. Dia memberikan 1 tasnya kepada kondektur bis, mengisyaratkan agar diletakkan di dalam bagasi. Namun, karena bis sudah ditunggu mobil-mobil di belakangnya, si kondektur menolak dan menyuruh si ibu membawa tasnya ke dalam bis.

Kita, warga Indonesia ini, sabar dan baik sekali ya.

Pernah mengalami beberapa kejadian ini? 

1. Berdiri dari Kebun Jeruk sampai Cilegon lewat tol dan membayar dengan harga yang sama?

2. Jika beruntung, jika bis sudah penuh, kita bisa saja dapat tempat duduk di tangga pintu bis berdesakan. Dan membayar dengan harga yang sama

3. Pernah bis saya tumpangi dapat operan penumpang dari bis dengan jurusan yang sama. Entah kenapa bis itu mengoper penumpangnya. Setelah bis itu menurunkan penumpangnya, bis tersebut pergi tanpa memerhatikan penumpangnya dengan detail. Penumpang yang dioper tersebut harus rela berdiri (di bis sebelumnya mereka semua mendapatkan tempat duduk) dari Kebun Jeruk sampai Cilegon. Dan mereka tetep harus membayar.

4. Seorang calon penumpang bertanya kepada kondektur apakah kota A dilewati bis, si kondektur menjawab “Ya” dengan yakin. Bis berjalan, hingga kondektur memanggil penumpang tadi dan menyuruhnya turun di bahu jalan tol. Penumpang tersebut kaget, dia pikir bis tersebut benar-benar akan melewati kota A. Kondektur bilang, “tidak keluar tol, tapi kalau lewat pembatas tol nanti ketemu angkot dan bisa ke kota A.” Penumpang tersebut pasrah dan akhirnya turun dari bis.

Kalau diingat-ingat sedih rasanya dengan transportasi umum seperti itu. Kami sebagai penumpang tidak mendapatkan hak kami dan terkadang kami tidak dimanusiakan. Bagaimana mungkin kami harus berdesakan di dalam bis, berdiri, lewat tol sepanjang 100 km lebih? Di mana letak kemanusiaannya? Di mana letak amannya?

Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk 2 kali ke luar negeri. Ke Korea Selatan dan Hong Kong. Jika ditanya, hal apa yang paling saya rindukan dari perjalanan ke luar negeri tersebut saya akan bilang, trasnportasi umumnya. Saya rindu sistem MRT/subway/kereta api dan bis umumnya. Semuanya teratur, nyaman dan pastinya memberikan rasa aman kepada penumpang. Aman dari kecelakaan dan aman dari pencopet.

Kadang saya bingung juga, yang harus dirapikan terlebih dahulu itu sistem transportasinya atau mental kita sebagai penumpang? Mental kita yang mau serba cepat dan instan. Kita tidak mau menunggu di halte. Kita seenaknya memberhentikan bis di belokan, di pintu tol, di jalan tol, di manapun kita mau yang kita rasa paling dekat dengan tujuan kita. Entah bis yang mengikuti kemauan penumpang sehingga berhenti sembarangan atau penumpang yang mengikuti arah perginya bis?

Tapi dengan sistem transportasi umum yang carut marut seperti ini, kita tidak pernah memprotes dengan lantang. Paling kita hanya bersungut-sungut dengan rekan, teman atau keluarga. Walau sedikit memprotes kita tetap mengeluarkan duit kita untuk bis-bis itu. Kadang, seringkali saya mendengar omongan, ya namanya juga di Indonesia, kamu mau ngarepin apa. Atau, ya udah untung sih dapet bis daripada enggak. Atau ya namanya juga bis umum, murah, kalau mau nyaman mah beli mobil sana. Biasanya kalau mendengar kalimat-kalimat seperti itu, saya langsung, baiklah. Merelakan uang saya diambil tanpa 100% mendapatkan hak saya sebagai penumpang.

Lalu, saya pernah membaca twitter Joko Anwar, seperti ini:



Dan iya bener. Masa’ kita selalu merendahkan bangsa kita. Memang kalau di Indonesia lantas kita tidak bisa memiliki sisem transportasi yang bagus? Masa karena murah maka kita tidak bisa dimanusiakan dan mendapatkan jaminan keselamatan jika menaiki transportasi umum. Kita harus membinasakan pemikiran-pemikiran seperti itu. Saya benar-benar berharap pemerintah benar-benar memberikan perhatian khusus tentang kenyamanan transportasi dan segera membenahinya. Selain sistem yang dibenahi, mental kita sebagai penumpang juga harus dibenahi. Kita harus mulai membiasakan untuk memberhentikan kendaraan umum di halte, atau untuk sekarang, karena memang belum banyak halte yang benar-benar berfungsi sebagai halte, maka paling tidak berhentikanlah kendaraan umum di tempat yang sekiranya tidak akan membuat kemacetan, seperti di belokan atau di pintu tol. Langkah kecil yang jika dilakukan oleh banyak orang tentu bisa membuat perubahan.  

Dengan adanya pembangunan MRT dan rencana Ahok yang ingin meremajakan KOPAJA, Metromini dan kawan-kawannya di Jakarta, saya harap semangat tersebut bisa menyebar ke seluruh Indonesia. Peremajaan armada tranportasi dan perbaikan sistemnya sangat perlu dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada kami, warga Indonesia yang menggunakan sistem tersebut.

Saya optimis, dalam waktu dekat, saya juga bisa merasakan kenyamanan berkendaraan umum Indonesia seperti yang saya rasakan di Korea Selatan atau Hongkong. 




K-Pop: Big Band Made Tour Indonesia 2015

Wednesday, December 9, 2015

“Ka this, udah pernah nonton konser K-Pop?’

Kemarin saya ditanya sama temen sekantor dan jadi inget beberapa pengalaman saya menonton konser K-Pop. Terhitung 5 konser K-Pop yang pernah saya tonton baik di Korea ataupun di Indonesia.
Di korea saya menonton Nongshim Concert (sejenis Inkigayo) dan juga TVXQ Catch Me World Tour. Dua konser itu pernah saya bahas di sini.

Di Indonesia saya sudah menonton konser Mubank (saya bahas di sini), Shinee World Concert III (saya bahas di sini) dan konser terakhir yang saya tonton adalah MADE tour yang digelar di ICE BSD Tangerang tanggal 1 Agustus. Sudah agak basi kayaknya kalau mau direview, tapi karena saya belum bahas pengalaman saya nonton konser ini di blog saya, maka saya pun ingin berbagi pengalaman saya yang ini.

BIG BANG MADE TOUR IN INDONESIA 2015

Well, kalau boleh jujur, sebelum nonton konser ini saya itu bukan penggemar Big Bang. Saya mendengarkan beberapa lagu mereka, tapi tidak menjadikan saya penggemar berat mereka seperti saya menggilai TVXQ ataupun Shinee. Saya datang ke konser mereka hanya bermodalkan tahu (tidak hafal lirik) lagu Bad Boy, Fantastic Baby, Blue, Loser, Lies, Tonight,  dan sedikit lagu G-Dragon.  Benar-benar buta lagu mereka. Tapi entah kenapa sebulan sebelumnya, saya mengontak teman sayang yang penggemar Big Bang dan mengajak dia untuk nonton bersama. Pada saat itu saya pikir, saat ini, tidak diragukan lagi, Big Bang adalah grup cowok K Pop terbesar yang ada. Dan sudah seharusnya kan sebagai penggemar K-Pop untuk menonton Big Bang? Maka, saya pun membeli tiket festival dan berharap bisa bersenang-senang di konser mereka.

Well, ternyata saya salah. Saya tidak hanya bersenang-senang. Tapi saya juga terpikat dengan musik dan aksi panggung mereka. Dan setelah saya nonton mereka live, saya berusaha untuk melengkapkan koleksi lagu mereka.

Konser direncanakan dimulai mukul 7 atau 6 malam (saya kurang ingat) tapi mungkin karena ada masalah teknis atau entahlah karena ada apa, konser terlambat. Selama menunggu konser, MV Big Bang ditayangkan di layar, yang menurut saya agak kecil untuk ukuran konser. Pada saat itu, saya memperkaya pengetahun lagu Big Bang saya. Konser dimulai dengan ditampilkan VCR intro yang diisi oleh para personil Big Bang. Lagu Bang Bang Bang dinyanyikan Big Bang sebagai pembuka konser. Suasana hall ICE pun langsung memanas. Saya tidak terlalu ingat urutan lagu yang mereka bawakan. Tapi saya ingat bahwa mereka membawakan Loser, Bae Bae, We Like 2 Party, Tonight, Haru Haru, Lies, Blue, Bad Boy, Stupid Liar, If You, Sober (saya baru tahu kalau Daesung jago main drum) dan juga ada segmen di mana masing-masing anggota Big Bang mendapatkan jatah solo stage. Konser ditutup dengan lagu Bang Bang Bang untuk kedua kalinya.

Saya tidak mengingat detail keseluruhan konser. Yang saya tahu saya konser Big Bang ini konser K-Pop paling seru yang pernah saya tonton. They really enjoy being on stage and sing their songs. When the performers enjoy what they do on the stage, then the audience will feel the same way. That’s what I felt in Big Bang concert. Saya gak hafal lagu mereka. Bahkan beberapa lagu mereka baru saya dengar di konser ini. Tapi ini tidak menghentikan saya untuk ikut joged dan berteriak di beberapa bagian yang saya tahu (saya cuma teriak pas bagian, “Bang Bang Bang” atau “Waw.. Fantastic Baby” dan sedikit bernyanyi pas bagian, “We like to party” atau “Loser.. wetoriii..). It was super fun concert. Dan yang membuat saya lebih suka lagi adalah mereka menggunakan live band untuk mengiringi mereka bernyanyi. Konsernya terasa semakin live. I do really love their live!

Terlepas dari beberapa kekacauan yang terjadi, saya merasa panggung konser untuk Big Bang terlalu kecil, layar yang terlalu kecil dan bahkan 1 layar suka tiba-tiba tidak menyala, sound yang kurang oke, kadang saya tidak bisa mendengar suara Taeyang atau Daesung (padahal saya suka sekali dengan suara Daesung) dan kekacauan lainnya yang mungkin sudah banyak dibahas di media sosial lainnya, Big Bang memberikan pengalaman baru untuk saya dalam menonton konser K pop.Saya tidak tahu harus bagaimana mengekspresikannya, tapi konser Big Bang itu beneran keren. Kombinasi lagu dan aksi panggung mereka yang ciamik bisa membuat siapapun yang mendengarkan dan melihat akan  langsung ikut berjoget bersama.

Sebelum konser (saya agak heran karena sedikit sekali ada spanduk atau apapun dengan foto Big Bang)

Suasana hall tempat konser
Menurut saya, Big Bang adalah satu grup yang wajib ditonton konsernya, paling tidak sekali, bagi siapapun pencinta K-Pop. Apapun grup yang kalian suka, ataupun fandom yang kalian ikuti, tapi menonton Big Bang adalah wajib hukumnya bagi penikmat K-Pop. Hm, mungkin yang bukan penikmat K-pop pun harus ikut menonton dan merasakan sensasinya. 

Untitled

Sudah lama sekali tidak menulis apapun di blog ini. 
Kangen juga menulis semua hal yang suka berkecamuk di otak ini. 
Berusaha untuk lebih produktif lagi di blog ini. 
Semangat!!!

Hitam Putih 2

Ada banyak persepsi yang suka saya baca dan selalu membuat saya mengernyitkan kening. Maka saya sambung post saya yang Hitam Putih.

2. Ibu di rumah (tidak bekerja) lebih "ibu" ketimbang ibu yang bekerja di kantoran. 

Oh no!! Saya tidak habis mengerti kalau masih ada ibu-ibu yang memojokkan ibu yang bekerja di kantoran. Pasti tau meme yang mengatakan, "berlian ibu saja tidak mau ibu titipkan ke pembantu, masa aku, anak ibu dititipkan ke pembantu"

Heh, kalo gitu mah, anaknya kagak usah disekolahin, pan kalo sekolah dititipin juga kan namanya ke guru. Lagian mau amat dibandingin sama barang, berlian, yang jelas-jelas gak punya otak dan hati.

Ibu saya pekerja. PNS. Saya ingat, bagaimana dia setiap pagi masak, istirahat makan siang pulang sebentar untuk mengantarkan saya ke sekolah atau hanya sekedar mengikat rambut saya. Ketika pekerjaan ayah saya sedang tidak baik, hasil pekerjaan ibulah yang membuat rumah kami masih beroperasi.

Lalu, apa saya kehilangan sosok ibu? Apa saya jadi anak nakal? Apa saya jadi malas-malasan? Tidak. Sama sekali tidak. Dulu dirumah saya ada pembantu, tapi tidak membuat saya merasa lebih dekat dengannya. Ibu saya ya Ibu saya. Seorang PNS.

Semua ada latar belakangnya. Yang awalnya berambisi tetap menjadi wanita karir, tapi melihat bayinya tidak mau sama sekali minum asi yang dipompa selama beberapa hari, akhirnya menyerah dan merelakan pekerjaannya demi si buah hati. Ada yang awalnya ingin mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga, tapi karena tiba-tiba suaminya di-PHK, dia berusaha keras mencari pekerjaan di luar rumah.

Kenapa kita harus menilai orang hanya dari luar? Arogan, seakan-akan jalan hidup yang kita pilih adalah yang benar. Orang yang berbeda berarti salah. Ada apa dengan kita? Kita tidak pernah tahu cerita sedih apa yang ada di balik senyuman orang. We never know, then never judge a people!

3. Menikah dini lebih baik dan ada juga yang bilang rasakan manfaatnya jika kamu tidak menikah dini.

Saya pernah membaca dua artikel yang bertolak belakang. 1 artikel menjelaskan keuntungan jika kita tidak menikah dini. Dan artikel lainnya menjelaskan banyak hal yang menjadi manfaat untuk kita jika menikah dini.

Well, saya sebenarnya tidak mengerti kenapa harus ada artikel-artikel semacam ini. Menikahlah jika kamu sudah mendapatkan pasangan yang kamu rasa dia adalah orang yang ingin kamu habiskan hidup bersama. Entah itu di umur dini atau tidak.

Kenapa saya baru akan menikah, InsyaAllah, di umur saya yang ke 27? Karena sebelum umur 27 saya belum menemukan pria saya. Saya baru menemukannya di umur 26 tahun. Saya tidak membuat target bahwa saya harus menikah di umur sekian, sekian, karena saya belum menemukan pria saya. Saya tidak membuat target ataupun mengulur waktu saya untuk menikah. Iya, saya tahu banyak manfaat jika menikah dini. Lah, tapi kalau belum ada calonnya, mau nikah sama siapa?

Jika memang ada yang merasa sudah mantap dan siap untuk menikah di umur dini, maka silakan. Tidak perlu membaca artikel yang mengatakan kalau menikah dini, maka nanti akan terbatas jika ingin travelling, jika ingin melebarkan karir kita, dan lain-lain.

Duh, kok sepertinya pernikahan itu malah membuat kita jadi terbatas. That's the main point here, yang malah seharusnya lebih dibahas, pastikan yang anda pilih adalah pasangan yang memang pasangan anda, yang mengerti anda.

Jika pasangan kita mengerti kita, saya yakin keterbatasan itu tidak pernah ada. Mau travelling, maka pergilah berdua. Justru jauh lebih baik kan? Mau berkarir lancar? Ada pasangan di rumah yang selalu mendukung, mendengarkan keluh kesah, memberikan nasihat, pasti akan lebih membakar semangat untuk bisa berkarir bagus, sehingga membuat kehidupan lebih nyaman. Saya selalu sepaham dengan istilah "dua lebih baik dari satu"

Dan saya sadar bahwa "2 lebih baik dari 1" ketika seseorang berkata seperti ini kepada saya: "Aku butuh teman hidup, yang bisa menemani aku di suka, duka, yang bisa aku ajak nonton bareng, nyanyi bareng, denger keluh kesah, ngasi nasihat, dan lain-lain untuk membuat aku lebih semangat mengejar cita-cita aku."

Yeah, bukan alasan menurut saya, jika ingin karir yang memuaskan, ingin bisa puas jalan-jalan, ingin puas menyenangkan diri sendiri sebelum benar-benar menikah. Pertanyaannya adalah apakah kita tahu di titik mana kita merasa puas? Manusia tidak pernah puas

Selama sudah mendapatkan pasangan yang tepat, maka menikah dini atau tidak, tidak perlu dibandingkan, tidak perlu dicari keuntungan dan kerugiannya. Karena manurut saya tidak akan ada kerugian yang diakibatkan dari menikah.

Hitam Putih 1

Saya terpikir untuk membuat tulisan ini karena saya agak capek dengan apa yang saya baca di media sosial atau yang saya lihat di sekitar saya ataupun yang pernah (mungkin) saya lakukan. Saya terlalu sering melihat bahwa kita, orang-orang Indonesia ini suka memandang sesuatu dari 2 sisi saja. Hitam dan putih. Well, saya tidak akan men-generalisasi. Tidak semua, tapi banyak. Kita suka merasa bahwa di dunia ini cuma ada dua warna. Hitam dan putih. Tidakkah kita melihat warna yang lain? Biru, abu-abu, jingga, coklat dan ribuan warna lainnya yang bisa kita dapat dengan mengkombinasikan semua warna yang ada. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Saya akan bercerita beberapa kasus.

1. Orang kaya yang punya banyak uang itu pasti tidak bahagia hidupnya dan orang yang tidak memiliki banyak uang lebih tentram hidupnya. Atau orang yang menjadi kaya raya pasti akibat dari perbuatan yang tidak terpuji, dll. 

Saya langsung mengernyitkan kening saya ketika ada ilustrasi di facebook yang muncul di timeline saya yang menggambarkan bahwa orang yang punya banyak uang itu pasti tidak bahagia, karena mereka hanya mengejar uang tanpa peduli dengan keluarga dan hal lainnya. Hidup mereka hampa. Lantas gambar kedua mengekspresikan bahwa orang yang memiliki uang lebih sedikit itu jauh lebih bahagia karena mereka memiliki keluarga, mereka tidak mengejar harta. Hidup sederhana dengan keluarga yang bahagia itu lebih baik.

Saya tidak akan pernah menunjukkan gambar itu kepada anak anak saya nantinya. Saya akan berkata kepada anak-anak saya, jadi kaya dan berbahagialah!

Memang kalau jadi kaya itu berarti keluarga akan porak poranda? Anak jadi bandel? Terkena narkoba? Istri dan suami sering ribut karena pulang tidak pernah bertemu. Memang hidup itu seperti sinetron Indonesia?

Banyak sekali teman-teman saya yang hidup berkecukupan tapi tetap memiliki keluarga yang harmonis. Walau bapaknya petinggi perusahaan, anaknya tetap rajin, tidak bandel, tidak kena narkoba, berteman dengan saya, rajin shalat, dan lain lain. Sama seperti teman saya yang keluarganya tidak seberkecukupan seperti teman saya yang pertama. Apakah keduanya bahagia? Ya, keduanya bahagia.

Kenapa harus memilih salah satu? Kaya tidak bahagia atau kurang kaya tapi bahagia. Saya tentu saja akan memilih kaya dan bahagia.

Dan berbicara tentang menjadi kaya, pasti anda juga sering melihat ilustrasi di media sosial yang memberitahu bahwa kekayaan itu hanya duniawi dan tidak akan kita bawa ke akhirat, maka dari itu janganlah hanya mengejar kekayaan dengan cara-cara yang salah sampai melupakan ibadah kita.

Ajaran itu selalu saya tanamkan di benak saya. Yang tidak saya setuju adalah ketika orang-orang langsung menunjuk tangan mereka ke orang kaya dan mengatakan bahwa mereka hanya mengejar uang sehingga mereka korupsi, tidak mempedulikan keluarga dan hanya mementingkan kepentingan pribadi.

Apakah semua orang yang mendapatkan harta yang melimpah akibat hasil perbuatan yang tercela? Picik sekali pikiran kita jika begitu. Saya ingat waktu kuliah, di pelajaran agama, seorang mahasiswa mengatakan di depan kelas bahwa pns yang mempunyai mobil pasti karena korupsi. Waw, memang si cuma omongan 1 mahasiswa yang entah ada dimana otaknya, tapi saya curiga jangan-jangan banyak masyarakat kita yang memiliki pemikiran seperti ini. Saya ingat kenalan saya seorang pns yang mengumpulkan duit bertahun-tahun untuk bisa membeli mobil. Beliau tidak mencuri apapun, hanya menabung, dan berhasil memiliki mobil.

Saya tidak ingin masyarakat kita mengajarkan anak-anaknya dengan persepsi yang salah. Tentu saja saya setuju bahwa menjadi kaya dengan cara yang salah, mendewakan uang, menelantarkan keluarga adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Tapi mengajarkan nilai-nilai itu dengan membuat persepsi seakan-akan semua orang kaya seperti itu? Saya tidak akan mengajarkan ke anak saya seperti itu

Saya akan berkata, berkarya dan bekerja sebaik-baiknya di jalan yang benar. Beribadahlan dengan benar. Berkumpullah dengan keluarga, perhatikan mereka. Dan jika hasil kerja kerasmu terbayarkan dengan limpahan materi, maka tetaplah hidup sederhana. Jadilah orang kaya. Kaya Materi dan Kaya Hati.

Apakah mustahil menjadi seperti itu? 

Untuk Orang-Orang Jupiter dengan Cacing-cacingnya

Tuesday, February 17, 2015


Saya karyawati biasa. Berumur 25 tahun. Yang bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Mungkin beberapa kali overtime, tapi yang pasti saya warga biasa seperti puluhan ribu warga Indonesia lainnya. Dan mungkin seperti ribuan warga lainnya, dulu saya tidak pernah mengikuti perkembangan politik. Mungkin bisa dibilang saya tidak pedulu dengan apa yang terjadi di dunia politik sana. Saya buta.

Entah mulai dari kapan, saya mulai membaca dan mengikuti perkembangan politik di negeri ini. Tapi yang pasti, saya mulai gencar mengamati politik yang terjadi sejak pemilihan presiden 2014 kemarin. Agak sedikit telat tampaknya untuk seorang warga negara berumur 25 tahun. Well, lebih baik telat daripada tidak sama sekali.

Saya tidak ingin mengutarakan pendapat politik saya di sini. Saya masih hijau. Saya hanya ingin sedikir berbagi rasa. Setiap kali saya membaca berita saya semakin merasa miris terhadap apa yang terjadi di kaum elite sebelah atas sana. Saya tidak pernah habis pikir, orang bisa kehilangan akal pikiran, hati nurani hanyak karena harta dan kekuasaan.

Cerita-cerita yang saya baca di majalah berita, biasanya saya temukan dalam sebuah film. Saya tidak pernah membayangkan bahwa cerita-cerita tersebut bisa menjadi terjadi dalam kehidupan nyata. Seorang jurnalis yang membuka praktik korupsi di pemerintahan daerahnya dibunuh orang tak dikenal dan belum diketahui siapa pembunuhnya. Seorang aktivis antikorupsi, dibacok, diteror, dan ditembak oleh orang-orang tak dikenal. Dan para polisi itu tidak pernah berhasil melacak siapa pelakunya. Seperti plot sebuah film Hollywood kan?

Dan seperti yang sekarang sedang disaksikan jutaan rakyat Indonesia. Pertikaian anatara 2 lembaga penegak hukum. Saya sendiri sih tidak berpikir bahwa ini adalah pertikaian. Karena 1 lembaga hukum tidak pernah bermaksud bertikai, hanya saja 1 penegak hukum itu kayak anak kecil yang diambil mainannya trus marah-marah, sewot, ngajak berantem. Dan ngajak berantemnya dengan minta dukungan dari ibu, bapak, kakek, nenek, kakek buyut, nenek buyut, keluarga tujuh turunan diajak.

Saya hanya tidak habis pikir, serakus itukah orang-orang terpandang itu sampai melakukan seribu cara untuk dapat memakan uang rakyat Indonesia? Atau jangan-jangan mereka pikir, uang yang membayar mereka, uang yang ingin mereka habiskan itu adalah uang hasil panen di sawah? Ada jutaan pohon uang di sawah-sawah Indonesia jadi bisa seenaknya mereka renggut uang tersebut.

Sebenernya mereka hidup di dunia sebelah mana saya juga tidak yakin. Jangan-jangan mereka sebenarnya tinggal di planet Jupiter sehingga mereka tidak pernah melihat jerih payah warga Indonesia mencari nafkah dan merelakan beberapa persen penghasilan mereka untuk menjadi penghasilan terbesar negara dan dengan mudahnya di makan oleh orang-orang yang di Jupiter itu.

Kami ini warga yang sangat percaya pada orang-orang Jupiter itu. Dengan suka rela membayar pajak tanpa mempertanyakan dengan detail kemana uang hasil kerja mereka itu berujung. Kami hanya mengelus-elus dada karena jalanan yang biasa kami gunakan untuk pergi ke kantor sudah berlubang di sana-sini padahal baru sekitar 6 bulan yang lalu diperbaiki. Kami tidak serta merta langsung berunjuk rasa ke kantor pajak ketika ada teman kami yang mengalami kecelakaan motor karena tidak bisa melihat lubang akibat adanya genangan air yang menutupi lubang tersebut. Kami warga yang baik kan?

Dan orang-orang Jupiter itu membalas kebaikan kami seperti itu. Memakan uang kami. Menghabiskan uang kami untuk cacing-cacing di perut bunci mereka. Mungkin cacing-cacing di Planet Jupiter harus makan 100 kali dalam sehari, harus makan di restoran bintang lima dengan menu appetizer, main course dan dessert, harus duduk di mobil mewah seharga 1 milliar dan harus minum air yang berasal dari pegunungan Swiss. Mungkin jika tidak begitu cacing-cacing itu akan kepanasan, membuat orang-orang Jupiter tersebut kesakitan. Kasihan kalau sakit, nanti mereka tidak bisa bekerja untuk warga Indonesia lagi.

Entahlah, saya tidak pernah mengerti isi otak orang-orang itu. Tidak pernah mengerti perasaan mereka. Benarkah mereka tidak memilik rasa cinta? Rasa cinta terhadap negeri ini, rasa cinta terhadap sesama warga negara ini? Ah,, saya salah, mereka memiliki rasa cinta terhadap cacing-cacing mereka. Dan, tentu saja mereka tidak cinta negara ini, mereka kan dari Jupiter.

Saya hanya merasa sedih karena orang-orang itu memperlakukan negara ini seperti itu. Memperlakukan warga negara ini seperti itu. Begitu berharganya kah kekuasaan? Begitu hebatnya kah uang?

Semoga orang-orang itu segera kembali ke Jupiter dan tidak akan pernah kembali lagi ke negeri ini. 
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS