Siang ini saya harus
kembali ke Cilegon setelah liburan di Jakarta. Dan seperti biasa saya naik bis jurusan
Kp. Rambutan-Merak dari terminal Kampung Rambutan. Setelah mengetem cukup lama,
bis mulai berjalan meninggalkan terminal. Siapapun yang pernah naik bis umum, pasti
kenal sifat bis semacam ini. Sebelum memasuki tol, bis akan bergerak perlahan,
sangat perlahan seperti kura-kura untuk menjaring penumpang sebanyak mungkin.
Tiba di suatu belokan, seorang ibu-ibu akan naik, bis berhenti sesaat. Namun,
di belakang sudah mengantri mobil dan bis yang akan berbelok dan membunyikan
klaksonnya dengan tidak sabar. Ibu-ibu yang hendak naik itu agak sedikit
kerepotan karena membawa beberapa tas. Dia memberikan 1 tasnya kepada kondektur
bis, mengisyaratkan agar diletakkan di dalam bagasi. Namun, karena bis sudah
ditunggu mobil-mobil di belakangnya, si kondektur menolak dan menyuruh si ibu
membawa tasnya ke dalam bis.
Kita, warga Indonesia
ini, sabar dan baik sekali ya.
Pernah mengalami
beberapa kejadian ini?
1. Berdiri dari Kebun Jeruk sampai Cilegon lewat
tol dan membayar dengan harga yang sama?
2. Jika beruntung, jika bis sudah penuh, kita bisa
saja dapat tempat duduk di tangga pintu bis berdesakan. Dan membayar dengan
harga yang sama
3. Pernah bis saya tumpangi dapat operan penumpang
dari bis dengan jurusan yang sama. Entah kenapa bis itu mengoper penumpangnya.
Setelah bis itu menurunkan penumpangnya, bis tersebut pergi tanpa memerhatikan
penumpangnya dengan detail. Penumpang yang dioper tersebut harus rela berdiri
(di bis sebelumnya mereka semua mendapatkan tempat duduk) dari Kebun Jeruk
sampai Cilegon. Dan mereka tetep harus membayar.
4. Seorang calon penumpang bertanya kepada
kondektur apakah kota A dilewati bis, si kondektur menjawab “Ya” dengan yakin.
Bis berjalan, hingga kondektur memanggil penumpang tadi dan menyuruhnya turun
di bahu jalan tol. Penumpang tersebut kaget, dia pikir bis tersebut benar-benar
akan melewati kota A. Kondektur bilang, “tidak keluar tol, tapi kalau lewat
pembatas tol nanti ketemu angkot dan bisa ke kota A.” Penumpang tersebut pasrah
dan akhirnya turun dari bis.
Kalau diingat-ingat
sedih rasanya dengan transportasi umum seperti itu. Kami sebagai penumpang
tidak mendapatkan hak kami dan terkadang kami tidak dimanusiakan. Bagaimana
mungkin kami harus berdesakan di dalam bis, berdiri, lewat tol sepanjang 100 km
lebih? Di mana letak kemanusiaannya? Di mana letak amannya?
Alhamdulillah saya
diberi kesempatan untuk 2 kali ke luar negeri. Ke Korea Selatan dan Hong Kong.
Jika ditanya, hal apa yang paling saya rindukan dari perjalanan ke luar negeri
tersebut saya akan bilang, trasnportasi umumnya. Saya rindu sistem
MRT/subway/kereta api dan bis umumnya. Semuanya teratur, nyaman dan pastinya
memberikan rasa aman kepada penumpang. Aman dari kecelakaan dan aman dari
pencopet.
Kadang saya bingung
juga, yang harus dirapikan terlebih dahulu itu sistem transportasinya atau
mental kita sebagai penumpang? Mental kita yang mau serba cepat dan instan.
Kita tidak mau menunggu di halte. Kita seenaknya memberhentikan bis di belokan,
di pintu tol, di jalan tol, di manapun kita mau yang kita rasa paling dekat dengan
tujuan kita. Entah bis yang mengikuti kemauan penumpang sehingga berhenti
sembarangan atau penumpang yang mengikuti arah perginya bis?
Tapi dengan sistem
transportasi umum yang carut marut seperti ini, kita tidak pernah memprotes
dengan lantang. Paling kita hanya bersungut-sungut dengan rekan, teman atau
keluarga. Walau sedikit memprotes kita tetap mengeluarkan duit kita untuk
bis-bis itu. Kadang, seringkali saya mendengar omongan, ya namanya juga di
Indonesia, kamu mau ngarepin apa. Atau, ya udah untung sih dapet bis daripada
enggak. Atau ya namanya juga bis umum, murah, kalau mau nyaman mah beli mobil
sana. Biasanya kalau mendengar kalimat-kalimat seperti itu, saya langsung,
baiklah. Merelakan uang saya diambil tanpa 100% mendapatkan hak saya sebagai
penumpang.
Lalu, saya pernah
membaca twitter Joko Anwar, seperti ini:
Dan iya bener. Masa’
kita selalu merendahkan bangsa kita. Memang kalau di Indonesia lantas kita
tidak bisa memiliki sisem transportasi yang bagus? Masa karena murah maka kita
tidak bisa dimanusiakan dan mendapatkan jaminan keselamatan jika menaiki
transportasi umum. Kita harus membinasakan pemikiran-pemikiran seperti itu. Saya
benar-benar berharap pemerintah benar-benar memberikan perhatian khusus tentang
kenyamanan transportasi dan segera membenahinya. Selain sistem yang dibenahi,
mental kita sebagai penumpang juga harus dibenahi. Kita harus mulai membiasakan
untuk memberhentikan kendaraan umum di halte, atau untuk sekarang, karena
memang belum banyak halte yang benar-benar berfungsi sebagai halte, maka paling
tidak berhentikanlah kendaraan umum di tempat yang sekiranya tidak akan membuat
kemacetan, seperti di belokan atau di pintu tol. Langkah kecil yang jika
dilakukan oleh banyak orang tentu bisa membuat perubahan.
Dengan adanya
pembangunan MRT dan rencana Ahok yang ingin meremajakan KOPAJA, Metromini dan
kawan-kawannya di Jakarta, saya harap semangat tersebut bisa menyebar ke
seluruh Indonesia. Peremajaan armada tranportasi dan perbaikan sistemnya sangat
perlu dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada kami, warga
Indonesia yang menggunakan sistem tersebut.
Saya optimis, dalam
waktu dekat, saya juga bisa merasakan kenyamanan berkendaraan umum Indonesia
seperti yang saya rasakan di Korea Selatan atau Hongkong.
No comments:
Post a Comment