Saya terpikir untuk membuat tulisan ini karena saya agak capek dengan apa yang saya baca di media sosial atau yang saya lihat di sekitar saya ataupun yang pernah (mungkin) saya lakukan. Saya terlalu sering melihat bahwa kita, orang-orang Indonesia ini suka memandang sesuatu dari 2 sisi saja. Hitam dan putih. Well, saya tidak akan men-generalisasi. Tidak semua, tapi banyak. Kita suka merasa bahwa di dunia ini cuma ada dua warna. Hitam dan putih. Tidakkah kita melihat warna yang lain? Biru, abu-abu, jingga, coklat dan ribuan warna lainnya yang bisa kita dapat dengan mengkombinasikan semua warna yang ada. Mengapa saya mengatakan seperti itu? Saya akan bercerita beberapa kasus.
1. Orang kaya yang punya banyak uang itu pasti tidak bahagia hidupnya dan orang yang tidak memiliki banyak uang lebih tentram hidupnya. Atau orang yang menjadi kaya raya pasti akibat dari perbuatan yang tidak terpuji, dll.
Saya langsung mengernyitkan kening saya ketika ada ilustrasi di facebook yang muncul di timeline saya yang menggambarkan bahwa orang yang punya banyak uang itu pasti tidak bahagia, karena mereka hanya mengejar uang tanpa peduli dengan keluarga dan hal lainnya. Hidup mereka hampa. Lantas gambar kedua mengekspresikan bahwa orang yang memiliki uang lebih sedikit itu jauh lebih bahagia karena mereka memiliki keluarga, mereka tidak mengejar harta. Hidup sederhana dengan keluarga yang bahagia itu lebih baik.
Saya tidak akan pernah menunjukkan gambar itu kepada anak anak saya nantinya. Saya akan berkata kepada anak-anak saya, jadi kaya dan berbahagialah!
Memang kalau jadi kaya itu berarti keluarga akan porak poranda? Anak jadi bandel? Terkena narkoba? Istri dan suami sering ribut karena pulang tidak pernah bertemu. Memang hidup itu seperti sinetron Indonesia?
Banyak sekali teman-teman saya yang hidup berkecukupan tapi tetap memiliki keluarga yang harmonis. Walau bapaknya petinggi perusahaan, anaknya tetap rajin, tidak bandel, tidak kena narkoba, berteman dengan saya, rajin shalat, dan lain lain. Sama seperti teman saya yang keluarganya tidak seberkecukupan seperti teman saya yang pertama. Apakah keduanya bahagia? Ya, keduanya bahagia.
Kenapa harus memilih salah satu? Kaya tidak bahagia atau kurang kaya tapi bahagia. Saya tentu saja akan memilih kaya dan bahagia.
Dan berbicara tentang menjadi kaya, pasti anda juga sering melihat ilustrasi di media sosial yang memberitahu bahwa kekayaan itu hanya duniawi dan tidak akan kita bawa ke akhirat, maka dari itu janganlah hanya mengejar kekayaan dengan cara-cara yang salah sampai melupakan ibadah kita.
Ajaran itu selalu saya tanamkan di benak saya. Yang tidak saya setuju adalah ketika orang-orang langsung menunjuk tangan mereka ke orang kaya dan mengatakan bahwa mereka hanya mengejar uang sehingga mereka korupsi, tidak mempedulikan keluarga dan hanya mementingkan kepentingan pribadi.
Apakah semua orang yang mendapatkan harta yang melimpah akibat hasil perbuatan yang tercela? Picik sekali pikiran kita jika begitu. Saya ingat waktu kuliah, di pelajaran agama, seorang mahasiswa mengatakan di depan kelas bahwa pns yang mempunyai mobil pasti karena korupsi. Waw, memang si cuma omongan 1 mahasiswa yang entah ada dimana otaknya, tapi saya curiga jangan-jangan banyak masyarakat kita yang memiliki pemikiran seperti ini. Saya ingat kenalan saya seorang pns yang mengumpulkan duit bertahun-tahun untuk bisa membeli mobil. Beliau tidak mencuri apapun, hanya menabung, dan berhasil memiliki mobil.
Saya tidak ingin masyarakat kita mengajarkan anak-anaknya dengan persepsi yang salah. Tentu saja saya setuju bahwa menjadi kaya dengan cara yang salah, mendewakan uang, menelantarkan keluarga adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Tapi mengajarkan nilai-nilai itu dengan membuat persepsi seakan-akan semua orang kaya seperti itu? Saya tidak akan mengajarkan ke anak saya seperti itu
Saya akan berkata, berkarya dan bekerja sebaik-baiknya di jalan yang benar. Beribadahlan dengan benar. Berkumpullah dengan keluarga, perhatikan mereka. Dan jika hasil kerja kerasmu terbayarkan dengan limpahan materi, maka tetaplah hidup sederhana. Jadilah orang kaya. Kaya Materi dan Kaya Hati.
Apakah mustahil menjadi seperti itu?
Dan berbicara tentang menjadi kaya, pasti anda juga sering melihat ilustrasi di media sosial yang memberitahu bahwa kekayaan itu hanya duniawi dan tidak akan kita bawa ke akhirat, maka dari itu janganlah hanya mengejar kekayaan dengan cara-cara yang salah sampai melupakan ibadah kita.
Ajaran itu selalu saya tanamkan di benak saya. Yang tidak saya setuju adalah ketika orang-orang langsung menunjuk tangan mereka ke orang kaya dan mengatakan bahwa mereka hanya mengejar uang sehingga mereka korupsi, tidak mempedulikan keluarga dan hanya mementingkan kepentingan pribadi.
Apakah semua orang yang mendapatkan harta yang melimpah akibat hasil perbuatan yang tercela? Picik sekali pikiran kita jika begitu. Saya ingat waktu kuliah, di pelajaran agama, seorang mahasiswa mengatakan di depan kelas bahwa pns yang mempunyai mobil pasti karena korupsi. Waw, memang si cuma omongan 1 mahasiswa yang entah ada dimana otaknya, tapi saya curiga jangan-jangan banyak masyarakat kita yang memiliki pemikiran seperti ini. Saya ingat kenalan saya seorang pns yang mengumpulkan duit bertahun-tahun untuk bisa membeli mobil. Beliau tidak mencuri apapun, hanya menabung, dan berhasil memiliki mobil.
Saya tidak ingin masyarakat kita mengajarkan anak-anaknya dengan persepsi yang salah. Tentu saja saya setuju bahwa menjadi kaya dengan cara yang salah, mendewakan uang, menelantarkan keluarga adalah hal yang tidak boleh dilakukan. Tapi mengajarkan nilai-nilai itu dengan membuat persepsi seakan-akan semua orang kaya seperti itu? Saya tidak akan mengajarkan ke anak saya seperti itu
Saya akan berkata, berkarya dan bekerja sebaik-baiknya di jalan yang benar. Beribadahlan dengan benar. Berkumpullah dengan keluarga, perhatikan mereka. Dan jika hasil kerja kerasmu terbayarkan dengan limpahan materi, maka tetaplah hidup sederhana. Jadilah orang kaya. Kaya Materi dan Kaya Hati.
Apakah mustahil menjadi seperti itu?
No comments:
Post a Comment