Pages

Hitam Putih 2

Wednesday, December 9, 2015

Ada banyak persepsi yang suka saya baca dan selalu membuat saya mengernyitkan kening. Maka saya sambung post saya yang Hitam Putih.

2. Ibu di rumah (tidak bekerja) lebih "ibu" ketimbang ibu yang bekerja di kantoran. 

Oh no!! Saya tidak habis mengerti kalau masih ada ibu-ibu yang memojokkan ibu yang bekerja di kantoran. Pasti tau meme yang mengatakan, "berlian ibu saja tidak mau ibu titipkan ke pembantu, masa aku, anak ibu dititipkan ke pembantu"

Heh, kalo gitu mah, anaknya kagak usah disekolahin, pan kalo sekolah dititipin juga kan namanya ke guru. Lagian mau amat dibandingin sama barang, berlian, yang jelas-jelas gak punya otak dan hati.

Ibu saya pekerja. PNS. Saya ingat, bagaimana dia setiap pagi masak, istirahat makan siang pulang sebentar untuk mengantarkan saya ke sekolah atau hanya sekedar mengikat rambut saya. Ketika pekerjaan ayah saya sedang tidak baik, hasil pekerjaan ibulah yang membuat rumah kami masih beroperasi.

Lalu, apa saya kehilangan sosok ibu? Apa saya jadi anak nakal? Apa saya jadi malas-malasan? Tidak. Sama sekali tidak. Dulu dirumah saya ada pembantu, tapi tidak membuat saya merasa lebih dekat dengannya. Ibu saya ya Ibu saya. Seorang PNS.

Semua ada latar belakangnya. Yang awalnya berambisi tetap menjadi wanita karir, tapi melihat bayinya tidak mau sama sekali minum asi yang dipompa selama beberapa hari, akhirnya menyerah dan merelakan pekerjaannya demi si buah hati. Ada yang awalnya ingin mengabdikan diri sebagai ibu rumah tangga, tapi karena tiba-tiba suaminya di-PHK, dia berusaha keras mencari pekerjaan di luar rumah.

Kenapa kita harus menilai orang hanya dari luar? Arogan, seakan-akan jalan hidup yang kita pilih adalah yang benar. Orang yang berbeda berarti salah. Ada apa dengan kita? Kita tidak pernah tahu cerita sedih apa yang ada di balik senyuman orang. We never know, then never judge a people!

3. Menikah dini lebih baik dan ada juga yang bilang rasakan manfaatnya jika kamu tidak menikah dini.

Saya pernah membaca dua artikel yang bertolak belakang. 1 artikel menjelaskan keuntungan jika kita tidak menikah dini. Dan artikel lainnya menjelaskan banyak hal yang menjadi manfaat untuk kita jika menikah dini.

Well, saya sebenarnya tidak mengerti kenapa harus ada artikel-artikel semacam ini. Menikahlah jika kamu sudah mendapatkan pasangan yang kamu rasa dia adalah orang yang ingin kamu habiskan hidup bersama. Entah itu di umur dini atau tidak.

Kenapa saya baru akan menikah, InsyaAllah, di umur saya yang ke 27? Karena sebelum umur 27 saya belum menemukan pria saya. Saya baru menemukannya di umur 26 tahun. Saya tidak membuat target bahwa saya harus menikah di umur sekian, sekian, karena saya belum menemukan pria saya. Saya tidak membuat target ataupun mengulur waktu saya untuk menikah. Iya, saya tahu banyak manfaat jika menikah dini. Lah, tapi kalau belum ada calonnya, mau nikah sama siapa?

Jika memang ada yang merasa sudah mantap dan siap untuk menikah di umur dini, maka silakan. Tidak perlu membaca artikel yang mengatakan kalau menikah dini, maka nanti akan terbatas jika ingin travelling, jika ingin melebarkan karir kita, dan lain-lain.

Duh, kok sepertinya pernikahan itu malah membuat kita jadi terbatas. That's the main point here, yang malah seharusnya lebih dibahas, pastikan yang anda pilih adalah pasangan yang memang pasangan anda, yang mengerti anda.

Jika pasangan kita mengerti kita, saya yakin keterbatasan itu tidak pernah ada. Mau travelling, maka pergilah berdua. Justru jauh lebih baik kan? Mau berkarir lancar? Ada pasangan di rumah yang selalu mendukung, mendengarkan keluh kesah, memberikan nasihat, pasti akan lebih membakar semangat untuk bisa berkarir bagus, sehingga membuat kehidupan lebih nyaman. Saya selalu sepaham dengan istilah "dua lebih baik dari satu"

Dan saya sadar bahwa "2 lebih baik dari 1" ketika seseorang berkata seperti ini kepada saya: "Aku butuh teman hidup, yang bisa menemani aku di suka, duka, yang bisa aku ajak nonton bareng, nyanyi bareng, denger keluh kesah, ngasi nasihat, dan lain-lain untuk membuat aku lebih semangat mengejar cita-cita aku."

Yeah, bukan alasan menurut saya, jika ingin karir yang memuaskan, ingin bisa puas jalan-jalan, ingin puas menyenangkan diri sendiri sebelum benar-benar menikah. Pertanyaannya adalah apakah kita tahu di titik mana kita merasa puas? Manusia tidak pernah puas

Selama sudah mendapatkan pasangan yang tepat, maka menikah dini atau tidak, tidak perlu dibandingkan, tidak perlu dicari keuntungan dan kerugiannya. Karena manurut saya tidak akan ada kerugian yang diakibatkan dari menikah.

No comments:

Post a Comment

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS