Mungkin cerita saya di sini bisa dianggap biasa saja oleh orang lain karena mungkin ada ratusan atau ribuan wanita lain yang memiliki pengalaman yang lebih luar biasa dibandingkan apa yang saya alami. Tapi buat saya apa yang pernah saya alami merupakan pengalaman yang luar biasa dan benar-benar menguji ketangguhan saya sebagai wanita.
Saya gadis biasa, berumur 26 tahun yang dulu kuliah di jurusan Teknik Material di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Saya sengaja memilih kuliah di luar Bali, pulau tempat keluarga saya tinggal untuk melepaskan sifat manja saya. Iya, saya tipikal gadis rumahan yang selalu mengikuti kemana pergi ibu jika ada acara keluarga. Jika saya mendapat masalah saya seringkali lari ke kedua orang tua saya untuk memecahkan masalah tersebut. Berpikir jika saya kuliah di Bali akan membuat saya tidak pernah menjadi mandiri, maka saya memutuskan untuk kuliah di Bandung.
Kuliah di Bandung, memang membuat saya menjadi lebih mandiri sebagai manusia. Tapi saya tetap menjadi gadis pemalu yang canggung, terutama jika berhadapan dengan orang-orang baru dan terutama jika harus berhadapan dengan pria. Saya pemalu dan pendiam di hadapan orang-orang yang tidak kenal baik dengan saya. Mungkin bagi mereka, saya adalah gadis yang membosankan (mereka tidak mengatakan seperti itu, predikat itu saya tanamkan sendiri di otak saya mengingat tidak banyak teman yang saya punya dan jarang sekali saya nongkrong di tempat makan bersama teman-teman).
Selesai kuliah, saya diterima kerja di perusahaan baja di Cilegon. Awalnya saya berpikir akan ditempatkan di bagian quality control (mengingat latar belakang kuliah saya, dan karena saya wanita saya pikir saya tidak akan ditempatkan di bagian produksi). Ternyata saya salah total. Saya ditempatkan di Ironmaking Department, Blast Furnace Plant. Iya, kalo kata orang mah di industri baja, Ironmaking itu department paling riweuh dan kotor. Dan di Ironmaking Department, Blast Furnace Plant adalah plant yang paling susah diatur. Dan saya menjadi engineer di sana.
![]() |
Saya dan teman-teman 1 departemen |
Ditempatkan di pabrik yang bertugas untuk mengubah bijih besi menjadi besi cair sebenarnya sudah cukup menjadi momok buat saya, ditambah lagi dengan saya adalah satu-satunya engineer wanita di sana. Atau lebih tepatnya saya adalah satu-satunya wanita yang bekerja di Blast Furnace Plant (sebelum ada 2 interpreter wanita yang meramaikan pabrik ini).