If you kow me well, then you will understand if I say that I am not Katniss Everdeen type. I am the girl next door type.
Kayaknya seru juga kalau saya cerita segala pengalaman senang, sedih, lucu, bikin emosi, bikin stress, dan segala emosi lainnya ketika saya bekerja sebagai engineer blast furnace di salah satu perusahaan swasta di Indonesia. Lebih tepatnya, satu-satunya engineer wanita. Saya hampir menjadi satu-satunya wanita yang bekerja di gedung kantor Blast Furnace jikalau tidak ada Ghina, interpreter kami. Ya, perusahaan saya perusahaan patungan antara perusahaan Indonesia dan Korea. Jadi dibutuhkan interpreter untuk membantu komunikasi antara orang Indonesia dan Korea.
Saya mulai bekerja bulan Juli 2012. Saya tidak mau cerita dari awal. Saya ingin menulis yang ingin saya tulis dan yang terpikirkan oleh saya.
Chapter 1. Working with a bunch of guys. Is it heaven or hell?
Banyak yang komen ke saya seperti ini:
"Thisa enak yah kerjanya bareng cowok. Seru."
"Banyak pilihan dong this di kantor?"
"Bolehlah dikenalin ke aku dong temen cowok kamu satu aja."
Memang semenyenangkan itu?
Yes, it is heaven:
1. Bayangkan aja dari hampir 200 orang yang bekerja di gedung blast furnace ini, cuma ada dua cewek yang nyelip di sana. Bisa dipastikan hampir semua orang tahu nama kita. Haha, agak sedikit berlebihan sih, tapi serius. Karena itu juga bisa dipastikan kita sering dapet teguran, senyuman, salam seperti:
- Pagi Bu Thisa
- Pulang sama siapa Mba?
- Ih, Ibu makin cantik aja kalau dikuncir
- Makan siang Mba?
- Saya jadi grogi ada Mba Thisa
- Dunia kecil sekali ya Bu, di bawah ketemu, eh di lantai 5 ketemu Ibu lagi
2. Kerja sama cowok itu bisa mengurangi dosa ngegosip. Seriously. Bukan berarti ini cowok-cowok gak suka ngegosip yak. They do love gossips. Tapi cara mereka ngegosip itu beda. Gak banyak bumbu. What they saw/ heard that's what they told. Gak ada bumbunya. Gak heboh.
3. Flirting? Maybe in 3 first month. After that? You'll realize that they are valuable friends. You do not want to change the friends status. It is too priceless. Temenan sama segerombolan pria itu bikin saya belajar melihat masalah dengan cara pandang yang berbeda. Pria dan wanita itu seeeeebeeedddaaaaaa itu dalam melihat sebuah masalah. Temannya pria itu logika sedangkan wanita itu perasaan.
4. You're still have a privilleged as a girl. Dari ratusan pria di sini, masa kamu yang mesti ngangkat-ngangkat meja. Dari ratusan pria, masa gak ada yang mau nebengin kamu pulang. Dari ratusan pria, masa gak ada yang mau nemenin ke lapangan kalo sudah malam, atau tempat yang akan kamu kunjungi itu gelap dan sepi.
No, It is a Hell:
1. Karena bekerja di dunia cowok, kadang saya takut sifat-sifat cewek saya yang memang sudah rendah levelnya nanti semakin rendah. Setiap hari bergaul sama pria membuat saya secara tidak sadar bisa bersikap seperti mereka. Mungkin tidak (atau belum) seekstrim itu. Tapi saya takut. :p
2. Harus kuat menahan iman dan tahu benar kapan para pria ini cuma ngegodain kapan mereka beneran pdkt ke kamu. Well, kalau pengalaman saya mah, pria-pria sekitaran saya cuma pada becanda doang. Bilang thisa cantik, kita pacaran yuk, dsb, dsb. Jadi saya gak pernah masukin bercandaan mereka ke hati. Saya bales aja dengan bercanda juga.
3. Bekerja di dunia cowok, menuntuk kita, sebagai cewek untuk bisa bekerja seperti mereka. Memang, masih ada privilleged-privilleged kecil yang saya dapatkan, tapi secara umum bekerja di duni cowok ini sungguh sangat melelahkan. Butuh stamina yang kuat.